Wiwid Nurwidayati
Wiwid Nurwidayati Full Time Blogger

Suka nulis, suka baca buku, suka makan, suka jalan-jalan. Pemilik website : https://wiwidstory.com

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Nostalgia Ramadan Saat Masih Kecil

2 April 2023   22:55 Diperbarui: 2 April 2023   23:18 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nostalgia Ramadan Saat Masih Kecil
Bermain Kembang Api. Credit: Canva edited

Di tempat kami tidak ada salat tarawih 8 rakaat. Salat tarawihnya 20 rakaat + 3 rakaat salat witir. Meskipun saat itu salatnya sudah terbilang cepat, bagi saya itu salat yang paling lama. Bahkan di salah satu mushola dekat rumah, imamnya selalu membaca 1 ayat pendek di rakaat kedua,  tetap tetap saja terasa lama. Maka terkadang saya tidur menunggu salat tarawih selesai. Namun, ketika salat tarawih selesai, saya justru marah ketika dibangunkan. 

Salat tarawih di tempat saya ada 3 pilihan. Dekat rumah, namanya sekarang mushola al Nawawi, kalau salat tarawih ibu-ibunya menggelar tikar yang sudah dialasi "kepang" di halaman mushola. Maklum, memang musholanya kecil. Yang ke-2, masjid dekat rumah, ini biasanya salatnya paling lama di antara yang lainnya, jadinya kami malas salat di sana. Yang ke-3 mushola Nur Hidyah yang seikit agak jauh dari rumah. Mushola ini tempat biasanya saya belajar mengaji. 

Mushola Tempat Saya Mengaji. Credit: Google Street
Mushola Tempat Saya Mengaji. Credit: Google Street

4. Menunggu Takjil

Dulu di tempat saya (yang saya ketahui) yang dinamakan takjil itu adalah makanan kecil yang dibagikan setelah salat tarawih. Biasanya pemilik masjid atau mushola akan menunggu kami di depan pintu keluar, jika memang ada takjil. Makanan apapun akan tetap membuat kami bahagia jika bisa mendapatkannya. Namun biasanya jumlah takjil tidak banyak, jadi belum tentu setiap harinya kami bisa mendapatkan takjil.

5. Jalan-Jalan Ba'da Subuh

Ini mungkin yang sekarang dinamakan cinta subuh ya. Tapi kami dulu segerombolan banyak satu kampung kidul, jalan-jalan keliling kampung. Saat itu udara jogja masih dingin, bahkan saat bernafas,mulut kami mengeluarkan asap saking dinginnya. Di jalan juga ternyata ketemu dengan anak-anak muda sebaya dari kampung tetangga. Ramai banget pokoknya di jalanan.  Untuk anak-anak orang kaya biasanya mereka bisa membeli mercon. Sesekali terdengar mercon untuk mengagetkan rombongan lainnya.

6. Baju Baru untuk Lebaran

Biasanya kami teman sebaya di siang hari masih berkumpul di bawah rindangnya pohon bambu sambil bermain rumah-rumahan. Di sana juga kami akan saling bertanya, apakah sudah dibelikan baju dan sandal baru atau belum. Nah, kalau sudah  kami serombongan akan saling melihat baju dan sandal baru teman tersebut.

Mungkin momen seperti itu saat ini tak ada lagi. Jikalaupun ada biasanya segerombolan anak muda yang berkumpul dan bermain game. Zaman memang sudah berganti, tak bisa saya samakan dengan zaman sekarang, era anak-anak saya. Namun tentunya nostalgia Ramadan saat kecil tetap membekas di hati dan saya sangat bahagia setiap mengingatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun