Wiwin Zein
Wiwin Zein Freelancer

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Memahami Dimensi Eksoteris dan Dimensi Esoteris Ibadah Puasa

18 April 2021   09:07 Diperbarui: 18 April 2021   09:15 9085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Dimensi Eksoteris dan Dimensi Esoteris Ibadah Puasa
Sumber : pixabay.com

Ibadah puasa merupakan salah satu syariat Islam yang wajib dijalankan oleh setiap umatnya yang memenuhi kriteria tertentu. Seperti telah mencapai usia baligh (dewasa), berakal, sehat jasmani dan rohani, dan lain-lain. 

Ibadah puasa sering didefinisikan sebagai ibadah yang bersifat fisik/lahiriyah. Hal itu tidaklah salah, tapi kurang tepat.

Dalam Islam, ibadah puasa dan juga ibadah-ibadah lainnya tidak hanya bersifat fisik/ lahiriyah tapi juga bersifat non-fisik/bathiniyah. Dalam istilah lain, ibadah puasa dan juga ibadah-ibadah lainnya dalam Islam tidak hanya mengandung dimensi eksoteris (lahiriyah) tapi juga mengandung dimensi esoteris (bathiniyah).

Dimensi eksoteris (lahiriyah) adalah dimensi yang berkaitan dengan aspek fiqh. Sedangkan dimensi esoteris (bathiniyah).adalah dimensi yang berkaitan dengan aspek tasawuf.

Dalam menjalankan ibadah puasa, umat Islam pada umumnya terlalu fokus kepada dimensi eksoteris. Sementara itu dimensi esoteris kurang mendapat perhatian yang  cukup serius.

Banyak umat Islam yang menjalankan ibadah puasa sangat memperhatikan dimensi eksoteris dengan senantiasa menjaga puasa dari hal-hal yang membatalkannya. Akan tetapi mereka cenderung mengabaikan dimensi esoteris. Buktinya mereka kurang menjaga ibadah puasa dari hal-hal yang membatalkan pahalanya.

Ada dua hal yang harus digarisbawahi di sini. Pertama, "hal-hal yang membatalkan puasa" dan kedua, "hal-hal yang membatalkan pahala puasa".

"Hal-hal yang membatalkan puasa" adalah berkaitan dengan dimensi eksoteris.  Sementara "hal-hal yang membatalkan pahala puasa" berkaitan dengan dimensi esoteris.

Mereka yang menjalankan ibadah puasa dengan senantiasa menjaga puasa dari "hal-hal yang membatalkannya", tapi mengabaikan "hal-hal yang membatalkan pahalanya" dari aspek fiqh adalah sah. Akan tetapi dari aspek tasawuf batal. Makna batal di sini adalah mereka tidak mendapat pahala dari ibadah puasa yang dijalankannya.

Mereka yang seperti itu adalah mereka yang mampu menahan diri atau mengendalikan diri dari makan atau minum dan hal-hal lain  yang membatalkan puasa. Namun mereka tidak mampu menahan diri atau mengendalikan diri dari melakukan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan makna puasa itu  sendiri.

Mereka berpuasa, tapi mereka tidak bisa menahan amarah. Mereka berpuasa, tapi mereka tidak bisa menahan diri dari menggunjing dan memfitnah orang. Mereka berpuasa, tapi mereka tidak bisa berhenti menyakiti orang. Dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun