Nuzulul Qur'an, Tradisi Peringatan Peristiwa Diturunkannya Al-Qur'an
Sesuai namanya selikuran (bilangan 21), peringatan Nuzulul Qur'an di sana tidak dirayakan pada tanggal 17 Ramadan, melainkan tanggal 21 Ramadan. Di malam selikuran, umat Islam dan seluruh lapisan masyarakat menyelenggarakan selamatan.
Di Lombok ada tradisi yang disebut maleman ketika menyelenggarakan peringatan Nuzulul Qur'an. Tradisi tersebut dimulai dengan menyalakan semacam alat penerang semacam obor yang dibuat secara tradisional dari buah jamplung. Alat penerang tersebut dinamakan Dilah Jojor.
Dilah Jojor tersebut dinyalakan setelah salat magrib. Kemudian mereka yang hadir melantunkan salawat bersama-sama.
Di Keraton Kasunanan Surakarta ada tradisi "seribu tumpeng" atau "Maleman Sriwedari" ketika melakukan peringatan Nuzulul Qur'an. Ini juga digelar bukan pada tanggal 17 Ramadan, melainkan tanggal 21 Ramadan.
Saat kegiatan berlangsung, tumpeng diarak dari keraton menuju Joglo Sriwedari Solo. Setelah warga mengarak tumpeng, mereka boleh memakai nasi tumpeng tersebut bersama-sama.
Kemudian di Aceh, ada tradisi yang disebut dengan "kuwah beulangong". Tradisi tersebut merupakan semacam kenduri untuk memperingati Nuzulul Qur'an. Tradisi "kuwah beulangong" disebut juga dengan "tammat daruh".
Tradisi tersebut disebut "kuwah beulangong" karena dalam kegiatan tersebut disajikan "kuwah beulangong" sebagai sajian atau menu utama. Selain itu disajikan pula aneka masakan dan berbagai jenis kue.
"Kuwah beulangong" adalah sejenis makanan berbahan daging sapi atau kambing yang dicampur dengan nangka muda dan bumbu yang khas. "Kuwah beulangong" dimasak di dalam kuali besar/belanga secara gotong royong di masjid tempat mengadakan peringatan Nuzulul Qur'an. Setelah itu "kuwah beulangong" dimakan bersama-sama.
Selanjutnya di Nagari Taram, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, ada tradisi "membantai" sewaktu memperingati Nuzulul Qur'an. Tradisi "membantai" ini memang terdengar menyeramkan, tapi hal itu bukan sebuah tindakan sadis terhadap manusia.
Tradisi "membantai" adalah tradisi menyembelih kambing. Kambing yang disembelih adalah kambing hasil sumbangan warga atau donatur. Kambing disembelih dan dimasak secara gotong royong, kemudian dimakan bersama-sama.
Itulah beberapa tradisi khas dari beberapa daerah berkaitan dengan tradisi peringatan Nuzulul Qur'an. Di beberapa daerah lain, mungkin ada juga tradisi khas yang berkaitan dengan tradisi peringatan Nuzulul Qur'an tersebut.