Mengurangi Sampah dengan Bersedekah di Bulan Ramadan
Namun kita jangan menyedekahkan makanan itu sebagai makanan sisa. Artinya kita menyedekahkan makanan itu sebelum kita mengonsumsinya, bukan setelah mengonsumsinya.
Kita kan sudah bisa memperkirakan berapa banyak makanan yang bisa kita konsumsi bersama keluarga. Nah, untuk makanan yang kita yakin tak akan habis kita konsumsi, dipisahkan. Lalu makanan itu dikemas untuk disedekahkan.
Itu cara terbaik bersedekah. Bukan dari makanan sisa yang telah kita makan, tapi memang makanan itu sengaja dipisahkan karena diperkirakan tak akan habis kita makan.
Akan tetapi kalau pun makanan itu memang "makanan sisa", tidak ada salahnya kita sedekahkan. Asalkan makanan itu masih layak makan dan tidak membahayakan kesehatan orang yang kita beri.
Alternatif lain "makanan sisa" yang tidak bisa kita sedehkan karena kebetulan tidak ada orang lain yang menerimanya misalnya, maka "makanan sisa" itu bisa kita simpan untuk dimakan di waktu lain.
Bagaimana kalau "makanan sisa" itu sudah tidak layak makan? Daripada dibuang begitu saja, kalau kebetulan kita memiliki hewan peliharaan seperti ayam atau ikan misalnya, bisa kita berikan kepada hewan peliharaan kita.
Ini mungkin cara sederhana dan receh dalam menekan jumlah sampah makanan di bulan ramadan. Tapi dampaknya akan cukup signifikan.
Coba kita hitung. Seandainya dari satu keluarga ada setengah kilogram saja makanan yang bisa disedekahkan atau dimanfaatkan sehingga tidak menjadi sampah, berapa banyak kita bisa menekan lonjakan sampah di bulan ramadan.
Kalau dari satu pemukiman yang jumlah keluarganya ada 100 misalnya, berarti sudah 50 kg sampah makanan yang bisa ditekan (setengah kilogram x 100=50 kg). Jika dari 500 keluarga, 1000 keluarga, dan seterusnya, tentu akan lebih banyak lagi jumlah sampah makanan yang bisa ditekan.
#Kelola Sampah x Nara Ahirullah