Ngabuburit di Tiga Sungai Perempuan
Sarah yang berdekatan dengan Brayeun, masih memiliki alur sungai dari induk yang sama Sungai Leupung yang hanya terpaut jarak 200 meteran antara keduanya.
Sarah, sebenarnya berasal adari bahasa Aceh yang artinya telaga sungai yang tenang di hulu. Sarah bermuara ke Laut Lhoknga, Aceh Besar. Lokus tsunami besar yang dahsyat. Masuk dalam teritori Kampung Lamsenia, Kecamatan Leupung.
Selama Ramadhan sungai ini menjadi objek menarik untuk ngabuburit. Kini bahkan tersedia perahu bebek ukuran kecil untuk anak-anak bermain di alur yang agak dangkal tanpa bebatuan.
Sementara para orang tua, remaja dapat menikmati alur sungai yang sejuk untuk melepas penat.
Kita bahkan bisa membawa sendiri bekal jika berniat berkunjung kesana, tapi memang tak bisa lama-lama, karena begitu masuk waktu berbuka, kita menikmati sejenak, malam terasa begitu cepat remang di sana.
Lampu-lampu kecil meski romantis, bukan tempat yang tepat untuk berlama-lama di pinggiran sungai.
Sebagian orang hanya memanfaatkan untuk menikmati ngabuburit, dan beberapa jenak sebelum waktu berbuka mereka akan kembali ke atas, menikmati jajanan di kedai-kedai yang berada di pinggiran jalan yang umumnya menjaja "Ie Teube" atau air tebu manis yang dahulu digiling dengan alat yang diputar dengan kerbau.
Sungai Humaira
Tapi jika masih juga belum pas hati kita bisa memilih alternatif kedua-Sungai Humaira, di daerah Lhong, masih di Aceh Besar. Sungai dengan kolam batu yang airnya dingin dan sejuknya luar biasa.
Nama ini juga mengingatkan dengan nama seorang perempuan.
Sebenarnya Humaira ini nama lain dari pemandian Nilop, di Kampung Pudeng, Lhoong, kurang lebih 300 meter dari Kampung Lamsujen- sebagiaan orang yang awam dan baru mengenal bahasa Aceh menyebut kampung ini-Kampung Suara Jin (Lam-su-jen), padahal sama sekali tak ada hubungan dengan cerita mistis. Justru kesejukan dan keindahan alam yang menjadi ciri utamanya.
Masyarakat di sekitar wilayah Aceh Besar menjadikan lokasi ini juga sebagai tempt menunggu waktu berbuka, menikmati sungai bebatuan dengan pemandangan hutan purba dan gunung Seulawah Agam-dan Seulawah Inong. Dua pegunungan non aktif yang menjulang, di deretan pegunugan Bukit Barisan.
Hanya sayang jalan menuju arealnya masih berbatu, dengan pepohonan besar di kanan kiri. Tapi begitu sampai dilokasi akan terasa memanjakan mata.
Tapi menjelang waktu berbuka, biasanya orang berbondong pulang, dan memilih berbuka di kedai yang banyak terdapat di pinggiran jalan, atau pulang ke rumah.