Nostalgia Masa Kecil Saat Ramadan, Masa yang Dirindukan
Di keluarga kecilku , aku anak bungsu dari dua bersaudara. Kami berdua perempuan semua dan usia kami sangat berbeda 11 tahun.
Ketika aku masih usia 5 tahun, kami sekeluarga bukan umat Muslim. Tetapi Mbok Sinah , pembantu setia kami yang telah ikut kepada keluarga hampir 10 tahun, umat Muslim.
Sebagai anak usia kecil, saya belum memahami apa Ramadan. Saya memiliki teman-teman baik itu perempuan dan lelaki yang usianya hampir sama. Salah satunya adalah teman lelaki saya , Ahmad dari keluarga muslim. Madi adalah panggilan Ahmad. Kami sering berkumpul, bermain gundu, bermain petak umpet (dulu belum ada gadget), bermain peran sebagai pembeli dan penjual.
Madi, anaknya lucu sekali, tapi sering membuat ulah dan menggoda teman terutama anak perempuan. Tapi jika tidak ada Madi, terasa sepi dan kami terpaksa mencarinya ke rumahnya.
Serunya bulan Puasa
Di puasa yang pertama, hari masih gelap gulita, udara dingin, jam menunjukkan pukul 3.30. Saya masih tidur pulas . Tiba-tiba terdengar suara kentongan yang dipukul keras, sembari terdengar suara anak dan orang dewasa "Sahur-sahur, ayo bangun!".
Saya sedang tertidur lelap di ruang depan, terbangun. Suara teriakan seorang anak lelaki yang saya sangat kenal, Madi, berteriak keras persis di depan rumah "Ina bangun, sahur, jangan tidur terus!".
Sambil mengusap mata dan berdiri dengan kesal dan malas, saya hanya mengintip dari jendela kamar. "Oh, benar Madi kecil itu masih ingin melihat saya bangun!" Setelah dia melihat saya, segera dia berlari mengikut kembali arak-arakan pembangun orang sahur.
Setelah bangun, saya segera menghampiri ruang tidur pembantu, bermaksud untuk membangunkan Mbok Sinah. Begitu mengintip di kamarnya, saya kaget, ketika ada gerakan orang yang berkerudung putih sedang jongkok dan berdiri. Bulu kuduk saya berdiri, hampir menjerit.
Tapi Mbok Sinah sadar bahwa saya berada di belakangnya dan dia memang telah selesai berdoa Imsak. Langsung, dia memeluk saya yang sedang ketakutan. Dia mengatakan: "Mbok sudah selesai doa, yuk kita makan sahur sama-sama".
Saya bersama mbok Sinah makan sahur, Mbok Sinah sibuk memanaskan makanan yang sudah dipersiapkan sejak malam.