muhammad nurul
muhammad nurul Guru

Instruktur di Balai Latihan Kerja Pasaman Barat - Senang bermain dengan kata, semoga apa yang diketik bisa membawa manfaat untuk sesama. Insya Allah.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Lebaran di Pelukan Kampung Halaman

11 April 2024   06:00 Diperbarui: 11 April 2024   06:41 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lebaran di Pelukan Kampung Halaman
Dokpri diolah via canva

Lebaran di Pelukan Kampung Halaman

Bagi perantau seperti saya, Lebaran tak melulu soal ketupat dan baju baru. Tapi lebih tentang suasana yang dirindukan, yang tak terbeli dengan apapun. Ibaratnya Lebaran di perantauan itu icip-icip, Lebaran di kampung halaman adalah menyantap hidangan lengkapnya.

Udara pagi yang masih segar menusuk hidung, berpadu dengan lantunan takbir yang bersahutan dari masjid langganan. Jalanan kampung yang biasanya sepi, mendadak dipenuhi deru motor dan canda tawa. Ya, para pemudik sudah berdatangan!

Rumah lama dengan cat yang sedikit memudar, terasa semarak dengan kehadiran sanak saudara. Ibu sibuk di dapur, aroma rendang dan opor menguar menggoda iman. Para bapak berbincang di ruang tamu, sesekali diselingi gelak tawa renyah mengenang masa kecil.

Tak ketinggalan ritual wajib: sungkeman. Memohon maaf pada orang tua, sambil memeluk erat tubuh renta mereka. Pelukan yang tak hanya meredakan rindu, tapi juga sebagai ungkapan terima kasih terdalam.

Lebaran takkan lengkap tanpa tradisi maaf-maafan. Berkeliling kampung, bersalaman dengan tetangga, melebur dalam kehangatan silaturahmi. Menyapa tetangga yang sudah renta, yang mungkin tak jumpai lagi di Lebaran berikutnya.

Sore hari, biasanya kami akan bermain bersama. Anak-anak kecil riang berlarian, menerbangkan layang-layang warna-warni yang menari-nari di langit. Para remaja asyik bercanda, berbagi cerita pengalaman selama merantau.

Saat senja tiba, kami akan duduk bersama di pendopo. Menikmati hidangan Lebaran, bertukar cerita, dan berdendang lagu-lagu nostalgia. Di bawah cahaya lampu tempel yang remang-remang, terjalin kembali benang-benang persaudaraan yang erat.

Lebaran di kampung halaman tak melulu hingar bingar. Tapi lebih pada kehangatan kebersamaan, keikhlasan saling memaafkan, dan keteguhan menjaga tradisi. Suasana yang sederhana, namun meninggalkan jejak rindu yang teramat dalam. Suasana yang membuat saya, sang perantau, tak sabar untuk segera pulang dan kembali berpelukan dengan kampung halaman.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun