Syarifah Lestari
Syarifah Lestari Freelancer

iluvtari.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Kenapa Tiap Tahun Harus Sidang Isbat?

8 Mei 2021   07:49 Diperbarui: 8 Mei 2021   07:49 1835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenapa Tiap Tahun Harus Sidang Isbat?
ilustrasi melihat hilal (kompas.com)

Berdasarkan sejarah Islam, kaum muslimin sebenarnya sudah terbiasa dengan perbedaan. Kecuali urusan akidah, cabang fikih seperti penggunaan qunut, lafaz niat, dll termasuk metode melihat hilal, adalah hal yang lumrah. Yang suka ribut itu biasanya yang tak paham atau sengaja ingin rusuh.

Untuk mendapatkan kesepakatan hukum yang bisa dipakai umat, maka dilakukanlah musyawarah. Dalam hal ini MUI mengamanahi pemerintah untuk mengadakan sidang isbat dalam menentukan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah, dengan menyatukan metode rukyat dan hisab (Fatwa MUI no. 2 tahun 2004).

Bahkan Badan Hisab Rukyat (BHR) sudah terbentuk sejak tahun 1972, untuk mengakomodir perbedaan metode penentuan awal bulan tahun Hijriah tersebut. Anggota BHR terdiri dari ulama, utusan pemerintah, dan ahli astronomi.

Sebagian orang menganggap, dengan adanya metode hisab seharusnya rukyat sudah tak perlu dilakukan lagi. Apalagi berakhir dengan sidang isbat yang dilakukan setiap tahun. Hanya menghabiskan biaya, pemborosan yang tidak perlu. Benarkah demikian?

Dalam Islam, musyawarah adalah bagian penting untuk menyatukan pendapat yang berdasar pada hukum-hukum yang ditetapkan Allah. Umat cukup mengikut pada hasil musyawarah tanpa harus berijtihad lagi. Itulah kenapa sidang isbat masih perlu dilakukan.

Lalu bagaimana dengan masalah pemborosan? Sidang isbat diselenggaran oleh Kemenag, yang artinya dibiayai oleh negara. Sementara di antara pemasukan negara, di dalamnya terdapat kewajiban-kewajiban yang dikeluarkan oleh umat Islam, mayoritas penduduk negeri ini.

Jika ulama, umaro, dan para ahli di sana sengaja melakukan pemborosan, berfoya-foya terhadap amanah. Biarlah jadi urusan mereka dengan Allah. Jika kita berprasangka buruk pada mereka, maka itu jadi urusan kita dengan Allah.

referensi: tirto & kompas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun