“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” --Pramoedya Ananta Toer-- (muniersara@gmail.com)
Sayonara Ramadan
Selama 30 hari kita berpuasa dari segala-gala. Selama 30 hari juga qiamulail kita terjaga. Bagi yang menyia-nyiakan salah sendiri. Umur siapa yang tahu. Belum tentu, kita bisa bertemu Ramadhan berikut.
Selama 30 hari Ramadhan juga umat Islam dianjurkan berbagi, hingga zakat fitrah sebagai titik kulminasi. Ada dua momentum penting Ramadhan mengatifasi kesadaran keberislaman kita.
Pertama; mengaktifasi kesadaran spiritual. Bahwa kesadaran spiritual yang ada dalam diri telah di-exercise selama sebulan lamanya di bulan Ramdhan. Dengan demikian, di luar bulan Ramadhan, kesadaran spiritual tersebut sejatinya terus meng-aktual. Menjadi habit dalam kehidupan kegamaan (Islam) kita. Menjadi pribadi yang saleh secara individu.
Kedua; namun selama sebulan pula, kesadaran sosial kita melalui anjuran berbagi dan peduli, ataupun philanthropisme Islam kita telah teraktifasi. Dengan demikian, setelah Ramadhan, kesadaran sosial atau philanthropisme Islam kita sejatinya meng-aktual dalam kehidupan sehari-hari.
Membuat kesadaran kolektif kita bertumbuh, tidak egois pula individualis dalam arogansi kesalehan individu yang rigid. Itulah buah keimanan---taqwa sebagaimana harapan Allah dalam QS : 2 : 183. Sayonara Ramadhan Bogor, 12 Mei 2021 By Munir