Belajar Bersama Memahami Esensi Puasa Ramadan
Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari puasa di bulan suci Ramadan ini. Puasa tidak hanya sebatas menahan rasa lapar dan haus. Karena esensi puasa pada dasarnya adalah menahan hawa nafsu dalam diri. Karena hawa nafsu ini bisa berpotensi memberikan dampak buruk bagi diri sendiri dan orang lain, jika tidak diarahkan ke arah yang positif. Dengan menjalankan fungsi pengendalian diri, maka kita akan menjadi pribadi yang benar. Dan harapannya berkah Ramadan akan bisa kita capai.
Puasa di bulan Ramadan ini juga melatih kita semua untuk belajar berlaku sabar. Bentuk sikap sabar ini, akan berujung pada perilaku dan ucapan yang santun. Yang saling menghargai, bukan saling mencaci. Seperti kita tahu, fenomena penyebaran ujaran kebencian terus menguat, seiring dengan penyebaran media sosial yang terus berkembang.
Provokasi terus dilakukan dengan alasan apapun. Padahal provokasi tersebut merupakan bagian dari bibit kebencian. Jika dalam diri kita masih memelihara bibit kebencian, tentu akan menjauhkan kita dari keberkahan. Karena kita akan disibukkan dengan mencari kesalahan orang lain. Sementara kesalahan kita sendiri tidak pernah diperhatikan. Karena itulah, mari kita introspeksi diri. Jangan lewatkan puasa Ramadan ini, untuk melakukan introspeksi, agar kita bisa memperbaiki diri kita semua.
Dengan maraknya provokasi di media sosial, juga telah memunculkan fenomena islamophobia. Hal ini terus menguat setelah maraknya aksi terorisme global, yang mengatnamakan bagian dari perjuangan menegakkan agama Islam. Pandangan tersebut jelas menyesatkan dan harus diluruskan. Menjadi tugas kita bersama untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mengedepankan perdamaian.
Ramadan juga bisa kita jadikan pembuktian, bahwa Islam pada dasarnya bukanlah agama yang menyesatkan. Karena seiring dengan menguatnya fenomena islamophobia, Islam seringkali dianggap sebagai agama kekerasan. Hal ini disebabkan karena banyak pelaku tindak pidana terorisme global, mengaku dirinya seorang muslim. Tentu saja hal ini tidak bisa disamaratakan. Islam jelas agama yang rahmatan lil alamin. Agama yang tidak pernah mengajarkan kekerasan.
Sekali lagi, mari belajar mengendalikan diri, agar kita bisa mengerti apa sejatinya yang bisa menjadi esensi dari puasa itu sendiri. Jangan munculkan permusuhan baru. Karena sejatinya permusuhan hanya akan memunculkan permusuhan baru. Jika diantara kita saling bermusuhan, maka puasa Ramadan menjadi tidak ada gunanya. Sementara puasa Ramadan telah banyak memberikan keberkahan, dan kita sia-siakan begitu saja.
Ramadan merupakan kesempatan bagi kita semua untuk merubah menjadi pribadi yang lebih baik. Jika diantara kita masih ada yang melakukan perbuatan yang tidak terpuji, berarti kita tidak mengerti apa esensi dari puasa Ramadan. Jika diantara kita masih sibuk saling membenci, berarti kita melewatkan begitu saja Ramadan yang banyak dinanti oleh seluruh umat muslim di dunia.
Jadikan Ramadan tahun ini sebagai momentum untuk meninggalkan keburukan dan menuju pada kebaikan. Mari berlomba memperbanyak kebaikan, agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Mari kita saling menghargai keberagaman di tengah perbedaan, agar Indonesia tetap menjadi negara yang toleran. Salam.