Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.
Drama Jelang Buka Puasa
Ibu Penjaga warung yang sejak tadi mendengar pembicaraan Andini dan Ririn via telepon pun ikut tersenyum.
“Iya Mbak ndak apa-apa, kalau masih rejekinya, gak akan hilang kok Mbak,” jawab Ibu penjaga warung.
Tak berapa lama, Ririn datang membawa dompet Andini. Keduanya cekikikan karena geli atas apa yang telah dialami Andini.
“Astaghfirullah .... ampunilah aku Ya Allah, aku tadi sempat su’udzon dengan salah satu penumpang angkot Rin,” kata Andini sambil berbisik. Sebenarnya ia malu menceritakannya kepada Ririn. “Astaghfirullah,” sekali lagi Andini mengucap istighfar sambil mengelus dadanya.
Waktu sudah hampir jam 5 sore. Andini harus segera bergegas pulang ke rumah. Anak dan suaminya pasti sudah khawatir menunggunya.
“Ayo Mbak, aku boncengin sampai rumah,” kata Ririn.
“Lah, kamu gimana nanti, kamu juga akan terlambat sampai rumah hlo,” ucap Andini khawatir.
“Ndak Mbak, tadi aku sudah telepon Ibu di rumah, aku sudah ijin untuk mengantarkan dompet Mbak Dini dulu,” jawab Ririn sembari menghidupkan motornya.
“Bener nih? Gak apa-apa? Kalau begitu, sekalian buka puasanya di rumahku aja Rin,” pinta Andini pada Ririn.
“Kasian Ibu Mbak, nanti Ibu tidak ada yang menemani buka kalau aku buka puasa di rumah Mbak,” jawab Ririn meyakinkan. “Sejak bapak meninggal sekitar setahun yang lalu, Ibu selalu minta ditemani Mbak,” lanjutnya.
Tak terasa akhirnya sampai juga mereka di depan rumah Andini. Ririn langsung pamit untuk pulang, ia khawatir ibunya sudah menunggunya di rumah.