RAMADAN

Puasa Ramadhan: Antara Sehat dan Hemat

26 April 2021   11:07 Diperbarui: 26 April 2021   11:15 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Ramadhan: Antara Sehat dan Hemat
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika ditinjau dari medis, bahwa puasa merupakan terapi detoksifikasi makanan yang tidak higienis yang kita konsumsi selama sebelas bulan juga terapi bagi yang menderita maag dan diet. Artinya makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang. Akan tetapi, perspektif itu jauh panggang dari apinya. Mengapa demikian? 

Realita yang terjadi dalam masyarakat bahwa orang-orang yang berpuasa cenderung melakukan makan balas dendam. Ketika disiang hari semua jenis makanan menggiurkan dan ingin disantap semua, ditambah lagi dengan jenis makanan yang berminyak, santan dan instan menjadi objek buruan. 

Hal ini ditunjang dengan para pedagang yang buka lapak sore di sepanjang jalan menjajakkan makanan dengan segala rupa mulai dari gorengan sebagai cemilan sampai pada makanan berat. 

Pun minuman yang dipasarkan sangat beragam, dan yang paling disenangi adalah minuman dingin. Padahal yang dianjurkan untuk berbuka adalah air hangat. Tetapi kondisi cuaca Indonesia yang lumayan panas membuat kering kerongkongan sehingga orang-orang berburu minuman dingin.

Setiap bulan ramadhan selalu seperti itu dan sepertinya berlaku secara nasional. Semua daerah dengan tradisi masing-masing tetapi hampir mirip, semuanya menyukai gorengan dan minuman dingin.

Lalu apa hubungan Puasa ramadhan dengan sehat dan hemat?

Seperti yang disampaikan diawal bahwa puasa merupakan terapi bagi manusia untuk membuang yang tidak dibutuhkan tubuh. Tetapi beda halnya dengan tradisi yang sudah menjamur, bahwa jenis makanan yang dipilih adalah makanan yang berlebihan kalorinya. 

Belum lagi makanan tersebut diasup melebihi kuota perut sehingga tidak mampu lagi menjalankan ibadah solat dan ibadah lainnya dimana bulan Ramadhan hanya datang sekali setahun, itupun kalau kita diberi umur panjang untuk dapat Ramadhan berikutnya. Sehingga dilihat dari sisi itu kita sudah menjalani hidup tidak sehat. 

Selain itu, harusnya Ramadhan adalah kesempatan berhemat karena jadwal makan hanya dua kali sehari dan keuangan tidak terlalu membengkak malah terjadi hal sebaliknya. Meski dengan jadwal makan dua kali sehari, tetapi menu yang disiapkan untuk sekali bisa berlipat-lipat menjadi persediaan untuk kakan tiga kali sehingga kata hemat jauh dari yang kita bayangkan.  

Padahal tidak semua makanan yang disiapkan tersebut bisa dihabiskan. Ini selalu saja terulang setiap tahunnya dan kita tidak pernah ambil ibrah atas sikap boros kita saat bulan Ramadhan. Seandainya bisa diuangkan, harga makanan lebih kita tersebut bisa kita bagi kepada saudara-saudara kita yang membutuhkan. 

Semoga kita diberi umur panjang dan mendapat Ramadhan pada tahun berikutnya serta kita bisa berbagi dengan saudara-saudara kita yang membutuhkan. Wallahu'alam bishawab

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun