Debar Rindu pada Kampung Halaman
Kampung Halaman menurut KBBI adalah daerah tempat kita dilahirkan. Adapula yang mengartikan sebagai tempat dibesarkan. Ada juga yang menterjemahkan tempat keluarga besar berakar. Kampung Halaman tingkatan lebih dalam lagi adalah kampung akhirat.
Hidup di dunia ini hanya tempat perantauan. Amal ibadah adalah tabungan untuk kembali ke kampung kekal. Kita mudik dan tak akan ada arus balik seperti di pantura kembali ke kota tempat bekerja. Adanya tempat "rest area", matahari sejengkal di kepala.
"rest area" penuh debar untuk menyeberang jembatan shiratul mustaqim. Bentuknya lebih tipis daripada rambut dan lebih tajam dari pedang.
Korelasi kampung halaman dunia dan kampung halaman akhirat, adalah sama mengandung debar rindu sekaligus deg-degan tempat yang bercahaya adem atau bersinar memanaskan. Ada juga menyimpan "bawang" atau sebaliknya, tergantung pengalaman hidup.
Saya selalu rindu kepada kampung halaman saya. Sedang pada kampung akhirat saya, saya deg-degan apakah amal ibadah saya cukup. Seperti syair Abunawas Aku tak layak di surga firdaus tetapi tak kuat menghadapi api neraka.
Kampung halaman saya Kalimantan Selatan. Setiap pulang kampung selalu menyempatkan berjalan mengurai, rindu pada kota yang disebut seribu sungai. Debar rindu saya pada kampung halaman:
1.Detak jantung Ibu dan saudara
Abah sudah berpulang tahun 2013, hanya Mama tinggal di tanah kelahiran bersama saudara-saudara saya. Mereka support system bagi saya, termasuk teman-teman sekolah. Bertemu mereka nge-charge semangat.
2. Riak air dekat Mushala tepi sungai
Pernah ingin pergi ke pasar terapung, berangkat dari dermaga samping Masjid Sabilal Muhtadin sebelum Subuh. Saat azan Subuh, kami ada di klotok. Hmm tak terbayang syahdunya. Mak nyes. Setelah sholat Subuh di Mushala tepi sungai, Kami menyusuri sungai Martapura, sungai Kuin dan terakhir Sungai Barito, tempat pasar Terapung.
Wisata air (Pasar Terapung) sekaligus wisata religi merasakan sholat dipinggir sungai.
3. Kuliner khas Banjar
Kuliner itu terkait pengolahan makanan salah satunya hasil kegiatan memasak. Banyak sekali makanan Banjar dari gurih hingga manis. Sayuran Banjar cenderung bersantan dan gurih. Hasil olahannya tak lepas dari ikan. Terkait dengan wilayah Kalimantan Selatan banyak sungai dan rawa. Hasil olahan sebelum jadi masakan iwak pakasam, iwak basamu, iwak karing (Sapat, Haruan karing, Puyau karing).
Ada olahan dari jerami cempedak, namanya Mandai. Pengolahannya dengan cara dikupas kulit luarnya diambil daging putihnya. Direndam dengan air garam. proses permentasi kira-kira 3-4 hari. Siap digoreng atau di tumis.
Kalangkala, buahnya seperti alpukat, di rendam setengah hari dengan garam, sudah siap konsumsi.
4. Pasar Tradisional
Pasar tradisional tempat belanja mata, makanan, produk lokal khas Kalimantan Selatan. Obyek foto seperti buah, sayuran khas Banjar. Bisa melihat relasi masyarakat lokal. Di pasar tradisional, dulu saya masih mengenal pedagang-pedagangnya. Setiap saya kembali ke kampung halaman adanya saja yang menyapa. Acil-acil (tante) penjual ikan terutama. Saya senang juga mendengar bahasa Banjar mereka yang cepat, baricau, terdengar seperti dengung lebah kalau tidak mengerti bahasa Banjar, he he.
Sekarang saya sudah tak mengenal pedagang. Banyak pedatang.
5. Kesenian daerah Banjar
Palui adalah sosok lucu seperti kabayan di masyarakat Sunda. Menyentil tanpa membuat orang tersinggung. Biasanya saya baca di koran langganan Abah. Sekarang saya tidak tahu apakah masih ada cerita Palui dalam koran berbentuk kertas.
Madihin, adalah kesenian bercerita dengan bernyanyi dan memukul rebana. Biasanya isinya juga lucu dan menghibur.
Kesenian Tangklong biasanya di malam bulan Ramadan. Senang melihat kreasi masyarakat lokal. Belum kesampaian menyaksikan taklong dengan menggunakan perahu.
Cerita tentang rasa rindu pada kampung halaman bisa banyak halaman. Semoga bermanfaat menambah khasanah pengetahuan budaya. Bagi saya pribadi pulang kampung adalah tadabur alam, mensyukuri ciptaan Allah. Semoga dengan selalu bersyukur menambah bekal kampung akhirat.