Abdullah Makhrus
Abdullah Makhrus Guru

Abdullah Makhrus. Lahir di Sidoarjo, 14 September 1981. Anak kedua dari tiga bersaudara. Bapaknya Suyanto dan Ibundanya Lutfiati. Pendidikan Dasar di SDN Pagerwojo II dan SMPN 2 Sidoarjo. Jenjang SMA diselesaikan di SMAN 2 Sidoarjo. Pernah menempuh pendidikan D3 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) ITS, S1 di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya dan saattelah menyelesaikan studi S2 di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA). Saat ini bekerja di SD Muhammadiyah 1 Pucanganom Sidoarjo dan mendapatkan amanah memimpin di kepengurusan Ikatan Guru Indonesia (IGI) Sidoarjo. Alhamdulillah pernah mendapatkan penghargaan terpilih menjadi salah satu penulis artikel dari Jawa Pos dalam lomba penulisan Artikel Untukmu Guru 2008 berjudul Belajar Matematika dengan Nalar. Tulisan lainnya pernah dimuat artikel di harian Republika dan Tabloid PENA Dinas Pendidikan Sidoarjo. Buku antologi pertama yang berhasil dicetak berjudul "New Class New Soul" yang dibuat bersama rekan guru di SD Muhammadiyah 1 Pucanganom Sidoarjo. Buku Terbarunya berjudul "1 Pesan 1 Peristiwa" Di samping itu, aktif juga di kegiatan literasi, kajian keislaman, menjadi pembicara seminar, workshop, juga trainer di pelatihan-pelatihan public speaking, pendidikan, kewirausahaan, dan spiritual motivation. Telegram: t.me/ceritamotivasi IG/YouTube: @abdullahmakhrus Facebook: Abdullah Makhrus Web :www.abdullahmakhrus.com Telepon: 081333148884/085731058680

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Seberapa Dahsyat Visi Ramadanmu?

2 April 2022   21:13 Diperbarui: 2 April 2022   21:21 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seberapa Dahsyat Visi Ramadanmu?
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Tahukah Anda, apa yang membedakan hasil pekerjaan kita dengan orang lain? Ternyata ada satu hal besar dan fundamental yang tidak sama antara setiap orang. Satu hal itu kita kenal dengan istilah VISI

Menurut KBBI, Visi adalah kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan. Untuk lebih menyederhanakan memahami gambaran visi. Saya akan mengutip tulisan  Jemy V. Convido di Lion Magazine.

Ia menggambarkan visi melalui dialog mandor dan tiga tukang bangunan. Ketika itu ada seorang mandor sedang memeriksa tiga orang tukang bangunan yang sedang bekerja. Tukang yang pertama ditanya oleh sang mandor. “Pak, apa yang sedang Bapak kerjakan?”

Tukang tersebut pun menjawab singkat, “Saya sedang menyusun batu bata Den.” Demikian penjelasan tukang yang pertama, persis seperti apa yang memang sedang ia kerjakan yaitu menyusun batu bata.

Sang mandor kemudian beralih ke tukang yang kedua dan ia pun mengajukan pertanyaan yang sama, namun kali ini jawaban sang tukang sedikit berbeda, “Saya sedang membangun sebuah tembok Den.” Bahkan tukang yang ke-dua ini pun bisa menjelaskan panjang dan tinggi tembok tersebut serta dimana ia mulai dan kapan ia selesai membangunnya.

Terakhir, sang mandor menghampiri tukang yang ke-tiga dan kembali bertanyadengan pertanyaan yang sama. Maka tukang yang ke-tiga pun menjawab, “Saya sedang membangun sebuah rumah yang sangat indah Den.” Selain itu, tukang yang ke-tiga ini pun bisa menjelaskan bentuk, ukuran dan warna rumah tersebut beserta bahan–bahan yang digunakan dalam membangun rumah tersebut.

Lebih dari itu, tukang ke-tiga ini pun mampu mengilustrasikan aktifitas–aktifitas yang bakal terjadi di rumah tersebut. “Pokoknya rumah ini nantinya sangat bagus dan istimewa kalau sudah jadi Den.”

Dari ketiga tukang tersebut, mana yang menurut Anda akan bekerja dengan baik? Jawabannya tentu saja tukang yang ke-tiga. Mengapa? Apa yang membedakan tukang pertama, ke-dua dam ke-tiga? Jawabannya adalah visi.

Tukang yang pertama tidak memiliki visi. Baginya yang penting adalah mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya yaitu menyusun batu bata. Sebaliknya, tukang yang ke-tiga memiliki visi yang sangat jelas mengenai seperti apa rumah yang sedang dibangunnya itu.

Tukang yang pertama memulai pekerjaannya dengan mengeluh. Pada saat bekerja, ia mengerjakan tugasnya tidak dengan sungguh-sungguh. Sedangkan perilaku yang benar-benar berbeda diperlihatkan oleh tukang yang ke-tiga.

Ia memulai pekerjaannya dengan riang gembira dan penuh semangat karena ia sudah memiliki gambaran mengenai keindahan rumah tersebut. Ia berusaha memasang batu bata yang disusunnya serapi mungkin.

Nah, begitupun sikap kita dalam menyambut Ramadan. Apa visi kita di awal Ramadan? Prestasi apa yang ingin kita targetkan? Seberapa kuat visi kita canangkan? Tentu kita semua tidak ingin melewatkan Ramadan kali ini tanpa kesan. Karena kita tidak pernah tahu apakah masih bisa bertemu di tahun depan.

Barangkali ada sebagian di antara kita yang hanya melaksanakan puasa seadanya. Sahur dan berbuka jika waktunya telah tiba. Jika siang mengantuk ditinggal tidur saja. Produktivitas menurun dengan alasan karena lapar dan dahaga.

Namun, bisa jadi ada di antara sahabat kita yang sudah bertekad mencanangkan dirinya untuk mengkhatamkan membaca Al-Qur'an 30 juz dan menghafalkan beberapa ayat. Menulis artikel atau menyelesaikan tulisan buku yang mungkin tertunda. Qiyamul lail, bersilaturahmi, bahkan bersedekah secara brutal.

Lantas, sekali lagi mari bertanya pada diri sendiri. Sedahsyat apa visi kita di Ramadan tahun ini? Mampukah visi kita menggerakkan seluruh potensi diri untuk beribadah optimal pada ilahi? Jika kita belum merasakan energi maksimal dalam aktivitas diri, bisa jadi karena visi kita masih perlu banyak dibenahi.  

Saya mohon maaf apabila ada khilaf dan kesalahan selama berinteraksi. Semoga saat mengawali Ramadan, kita semua mendapatkan rahmat dan pertolonganNya. Agar Allah mudahkan kita mewujudkan dahsyatnya visi yang sudah kita rencanakan di Ramadan kali ini. Aamiin.
 

#RamadanMubarak
 •)Abdullah Makhrus adalah penulis buku berjudul 1 Pesan 1 Peristiwa

Follow me at:
t.me/ceritamotivasi
www.abdullahmakhrus.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun