Achmad Humaidy
Achmad Humaidy Administrasi

#BloggerEksis My Instagram: @me_eksis My Twitter: @me_idy My Blog: https://www.blogger-eksis.my.id

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Sehat Finansial demi Kesehatan Mental

18 April 2021   23:45 Diperbarui: 19 April 2021   00:35 1584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sehat Finansial demi Kesehatan Mental
Perencanaan keuangan versiku (dok. pribadi)

Pesan dari telegram masuk ke ponselku;

"Katanya, bulan ramadan itu momen tepat buat jaga kondisi keuangan karena dari sisi pengeluaran untuk jajan dan makan tentu akan ada pengurangan. Tapi kok, gue pribadi malah makin boros ya? Seperti ada aja gitu pengeluaran atau kebutuhan tiba-tiba?!"
"Biasanya, tiap buka media sosial dan nonton televisi, ada aja tuh godaan promo diberbagai e-commerce langganan. Gue harus gimana nih, bro? Pusing juga kalo lebaran gak ada duit!
"

Aku pun membalas percakapan itu dengan kalimat "SABAR, INI UJIAN!!"

Dari percakapan itu, aku coba mengajak temanku dan semua Kompasianer untuk mendalami kembali makna ramadan. Ternyata, kita dituntut bukan cuma menahan lapar dan haus. Kita harus menahan nafsu supaya bisa mengatur keuangan dengan tepat. Iya, nafsu impulsif yang bisa merugikan kesehatan mental kita di bulan Ramadan.

Bulan Ramadan memang berbeda dibanding bulan lain. Segala sesuatu dipersiapkan demi menyambut bulan suci yang penuh berkah ini. Persiapan yang dilakukan tak perlu berlebihan. Kadang, ada yang sampai stok cemilan dan makanan untuk sebulan. Sebenarnya sah saja, tapi persiapan yang lebih penting yaitu pengelolaan keuangan.

Manajemen keuangan yang baik ibarat kunci kemaslahatan. Hal ini bisa berdampak pada kesehatan mental pribadi maupun pada sekitar. Dalam Islam, semua itu jadi perhatian khusus supaya seorang muslim bisa cerdas mengelola keuangan dalam keadaan dan situasi apapun.

Mau tak mau, ramadan ini harus dijadikan benteng atau pertahanan. Kita harus bisa menahan lapar, menahan haus, menahan lidah untuk tidak gibah, menahan emosi, menahan godaan belanja berlebih, menahan godaan menginginkan seperti barang orang lain, menahan godaan untuk pamer, dan menahan godaan untuk tidak kembali pada kebiasaan buruk. Ternyata, intinya BERTAHAN!!

Buat Anggaran Ramadan sebagai Benteng Pertahanan

Mumpung masih minggu awal di bulan Ramadan, ada baiknya kita sudah punya alokasi budget. Mulai dari budget untuk makan sahur, buka puasa, sedekah, dan keperluan beribadah lain. Singkirkan dulu kebutuhan-kebutuhan yang bersifat duniawi, seperti baju lebaran baru atau tradisi mudik. Kadang susah sih sebenarnya, tapi itulah tantangan Ramadan.

Pada saat praktek mengatur keuangan, konsep menahan diri harus diterapkan agar terjadi 'mindful spending' pada saat membelanjakan uang. Menahan diri ini bisa dimulai dari tahan godaan diskon dan keinginan manusiawi yang tidak ada habisnya. Lantaran, setelah ramadan masih ada kehidupan dan kebutuhan yang harus dipenuhi.

Untuk merapikan anggaran, terlebih dahulu kita tetapkan berapa nominal budget bulanan. Jika sudah ada, budget tersebut bisa dibreakdown ke budget mingguan. Pencatatan anggaran ini bisa kita lakukan per hari, per minggu, atau per bulan. Asalkan semua pos pengeluarannya tertulis jelas. Bahkan, sudah ada aplikasi pengelolaan keuangan yang membantu kita mencatat dan menghitung semua itu di era digital sekarang.

Ada gambaran pola keuangan yang kita terapkan setiap hari. Setelah itu, lakukan evaluasi berkala. Misal, evaluasi dilakukan setiap minggu atas apa saja transaksi yang terjadi selama sepekan. Kondisi demikian bisa menjadi habit (kebiasaan) untuk minggu depannya.

Aku yakin kalau sudah banyak emak-emak yang jago dalam hal pencatatan keuangan secara detail. Contoh, mereka biasa menulis kalau hari ini belanja ayam, besok beli telur, lusa itu giliran ikan serta bumbu, dan seterusnya. Bukan cuma jenis apa yang mau dibeli, perkirakan juga berapa jumlah harga yang harus dibayar. Beberapa diantaranya, ada juga yang belanja sekaligus untuk disimpan di kulkas selama seminggu. Sementara sayur-sayuran bisa dibeli harian sesuai kebutuhan.

Diluar kebutuhan bahan pokok, banyak juga promo dan diskon besar-besaran selama bulan Ramadan. Bukan berarti, kita harus kalap borong semuanya. Belanjalah secara bijak dan pintar dengan memanfaatkan itu sesuai kebutuhan. Misal, di kamar mandi sedang ada keran air yang rusak. Kita bisa memanfaatkan promo pembelian perlengkapan kamar mandi supaya mampu berhemat sekaligus memenuhi apa yang kurang. Penggunaan promo yang tepat sasaran dapat membantu mengontrol pengeluaran saat berbelanja.

Kebutuhan hari raya lebaran juga bisa dicicil dari sekarang. Beli baju, kirim parsel atau hampers, amplop THR untuk keluarga, dan lain-lain. Kalau tidak ditentukan alokasi dana dari sekarang, dikkhawatirkan bisa berlebihan saat mengeluarkan di hari H.

Jika masih ada kelebihan anggaran, mulai pikirkan juga untuk dialihkan ke pos lain seperti dana darurat atau investasi. Minimal, 10% untuk dana darurat dan 20% investasi. Sebelum memasukkan alokasi dana ke dalam pos-pos tersebut, jangan lupa lunasi utang dan bayar zakat!!

Bila merasa kita kekurangan anggaran keuangan untuk ramadan ini, coba manfaatkan dengan cari penghasilan tambahan. Di samping ibadah, kita bisa ikut berbisnis atau menjual barang yang dibutuhkan selama puasa seperti makanan sampai perlengkapan ibadah. Langkah efektif lain bagi yang punya bakat juga bisa menjadi konten kreator dengan menghasilkan konten-konten islami yang sesuai kompetensi dan bisa dimonetisasi.

Jaga Sehat Finansial demi Kesiapan Mental

Esensi menahan diri itu kembali lagi menyapa. 'Mindful Spending' kita bisa tergerus dengan mengingat tujuan keuangan yang belum terwujud. Cari support system yang bisa membantu mengingatkan saat kita menghabiskan uang terlalu banyak untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Saling mengingatkan dalam kebaikan lebih baik supaya kita tak banyak utang uang dan utang pikiran.

Menjadi manusia dewasa sejatinya ditandai dengan bertambah kesadaran akan tanggung jawab yang diemban, khususnya aspek finansial. Buat yang masih sendiri, wajib mengatur cashflow sedini mungkin agar tabungan masa depan bisa banyak. Buat yang sudah menikah, bertanggung jawablah terhadap pemenuhan kebutuhan pasangannya seperti pangan, sandang, dan papan yang layak. Buat yang sudah punya anak, berikan pendidikan dan pengetahuan terbaik untuk anaknya kelak.

Aku akan mengirimkan tulisan ini untuk temanku tadi. Sengaja, aku tak mau balas panjang chatnya karena aku tak mau dianggap menasehati atau menggurui. Aku berharap siapapun yang membaca tulisan ini juga bisa menjaga kesehatan finansial demi kesiapan mental dalam menghadapi kebutuhan-kebutuhan hidup yang terus mendesak untuk yang akan datang.

Selamat menikmati dinamika perjuangan hidup dalam mengelola keuangan. Yok bisa yok!!

    Baca juga:
4 Tips Hemat Pengeluaran
Kontrol Isi Dompetmu Mulai Sekarang

Hari Raya bukan untuk Riya (arsip pribadi)
Hari Raya bukan untuk Riya (arsip pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun