Adi Triyanto
Adi Triyanto Buruh

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Hajar Aswad: Antara Mencium dan Menyembah

31 Maret 2024   07:22 Diperbarui: 31 Maret 2024   07:30 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hajar Aswad: Antara Mencium dan Menyembah
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Semakin dekat dengan kabah, kiblatnya beribadah, seharusnya akan membuat seorang hamba, makin dekat juga dengan kesadaran akan kehadiran Tuhan serta ajaran-ajarannya . Ketika yang terjadi sebaliknya , maka ada yang perlu ditanyakan tentang tingkat kualitas  beribadah  yang dilakukan.

Hajar aswad, sebuah batu hitam yang berada di salah satu sudut kabah. Tepatnya di dinding sisi Timur kabah. Bentuk dan warnanya   yang menonjol dibanding permukaan yang lain, membuatnya mudah dikenali .

Hajar aswad, Batu istimewa. Batu yang diyakini ummmat islam berasal dari surga. Batu yang memiliki sejarah panjang. Ditemukan oleh nabi Ismail  dan diletakkan di  bangunan kabah oleh Nabi Ibrahim .  Dalam sebuah riwayat, dahulu kala batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh Jazirah Arab, namun semakin lama sinarnya semakin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna hitam .

Ada juga dari sumber hadist yang menyebutkan bahwa hajar aswad itu awalnya berwarna putih susu. Karena dosa dosa  umat manusialah  yang membuat batu hajar aswad menjadi berwarna hitam.

Mencium Hajar Aswad

Sebagai bentuk penghormatan hajar aswad yang mulia, ummat muslim yang sedang berhaji atau berumrah akan mencium batu tersebut. Yang dilakukan dalam rangkaian putaran saat thawaf.  Mencium Hajar aswad  pernah dicontohkan Nabi sebagaimana disebutkan dalam hadist.

"Sungguh aku tahu bahwa engkau hanyalah batu yang tidak membahayakan dan tidak berguna. Andaikan aku tidak melihat Nabi SAW menciummu, maka kau tidak akan menciummu".

Terkait mencium hajar aswad ini, menarik apa yang disampaikan oleh sahabat Umar bin Khatab sebagaiamana jadi potongan dalam hadist  tersebut. Umar Bin Khatab  menempatkan hajar aswad sebagai batu biasa yang tidak bisa mendatangkan manfaat maupun mudharat. Dan bila tidak ada contoh Nabi yang menciumnya maka  Umar tidak akan mau melakukannya.

Dalam hadist juga disebutkan bahwa yang ditekankan adalah menyentuhnya. Dimana batu itu akan memberikan persaksian dihadapan  Tuhan di akherat nanti bagi siapa saja yang pernah menyentuhnya.

Perkembangan di masjidil haram yang makin berlimpah jamaah haji dan umrah dari tahun ke tahun , mencium hajar aswad menjadi hal yang bisa mengurangi kekhusukan beribadah. Sehingga   disunahkan  untuk tidak melakukan Istilam (mencium Hajar Aswad) dan rukun-rukun lainnya setelahnya dalam satu putaran tawaf .

Kontradiksi dengan nIlai- Nilai Umat Islam

Pemandangan di Hajar asawadKabah adalah kiblat bagi ummat muslim untuk menyembah Tuhan. Hajar aswad yang berada di Kabah tentu akan menjadi bagi tak terpisahkan dalam proses peribadahan tersebut.  

Kabah di masjidil Haram adalah baitullah. Rumah Tuhan. Tempat dimana seharusnya, sifat kemanusiaan menipis dan sifat keilahian menebal. Di jantung tepat sembahyang , sifat kemanusiaan terpinggirkan bahkan sebaliknya ditanggalkan sementara untuk totalitas dalam menghadap Tuhan. Sifat keilahian dikedepankan. 

Diutamakan. Semua tuntunan akan hal yang  bersifat keduniaan, digantikan oleh semua hal yang berorientasi akherat atau ukhrawi. Di sini manusia disadarkan kembali akan siap dirinya , dari mana  berasal dan kemana  nanti akan kembali.

Adanya contoh dari Nabi yang mencium hajar aswad , membuat ummat muslim yang berhaji atau umroh berusaha keras agar bisa menciumnya. Meski harus berdesakan desakan dan dorong dorongan dengan sesama jammah di kabah. Segala usaha dilakukan demi bisa mingikuti sunah Nabi, bahkan sampai ada yang menggunakan jasa joki mencium hajar aswad

Namun , ada rasa kecewa ketika melihat pemandangan ummat muslim mencium hajar aswad. Di sana sifat kemanusiaan justru makin menguat. Sifat mengutamakan diri sendiri begitu menonjol. Tidak peduli ketika harus mendesak. Tak jarang juga ketika harus mendorong. Semua berlomba berada paling di depan. Semua berlomba yang lebih dulu. Mencium lebih dahulu. Memeluk lebih dahulu. Memeluk selama mungkin sekuat mungkin.

Begitulah pemandangan yang terjadi Hajar aswda, saat puncak umrah ataupun Haji. Begitu  terjadi berulang kali. Bahkan tidak jarang samapai pingsan dan bahkan sampai terinjak injak.

Yang lebih parah lagi adalah usaha untuk mencium hajar aswad demi mengikuti sunah nabi,dijadikan bahan untuk diabadikan camera demi sebuah konten di media sosial. Sampai harus menghalang-halangi jamah lain yang juga mau mencium hajar aswad.

Itu tentu menjada hal yang kontradiksi. Di jantung tempat ibadah, di tanah  suci, , di rumah Tuhan. Seharusnya membuat semua orang tersadar. Untuk lebih  mengutamkan apa yang diperintahkan Tuhan. Mengedepankan akhlak mulia yang diajarkan Tuhan lewat utusanya Nabi Muhammad. Sifaat sifat yang mulia. Sifat yang rahmatan lil 'alamin. Sifat yang membuat kedamaian bagi seluruh alam. Sifat saling mengasihi yang lain. Sifat mengutamakan kepentingan orang lain. Sifat tidak egois , mengejar kepentingan sendiri tanpa peduli orang lain sesama muslim.

Tentu kejadian kejadian tersebut  , menjadi hal yang tidak diharapkan terjadi justru di rumah alloh ,Di tanah suci Mekah, disitu juga kita tidak menghormati sekaligus mengamalkan apa yang diajarkan yang punya rumah ( baitullaoh ). 

Atu mungkin dengan kejadian tersebut  , Tuhan sedang memberikan cermin kepada umat islam,  Itulah potret ummat islam yang mengklaim umat terbaik di muka bumi.  Potret yang tidak bisa dibohongi lagi. Apa yang biasa manusia kerjakan disitu juga akan muncul wajah sebenarnya. Tidak ada yang bisa menutup nutupi lagi. Semua seperti dibuka lebar. Dan manusia pun menunjukkan sifat yang sebenarnya.

Ummat islam banyak yang terjebak kepada sikap menyembah hajar aswad, hingga perbuatan yang dilarang Tuhan dilakukan . Padahal dalam hadist  anjuran mencium itu pun dibatasi oleh pertimbangan keselamatan diri sendiri dan orang lain. Apa gunanya mencium hajar aswad ketika harus mendorong dan mendesak sesama muslim hingga terjatuh dan terluka.

Ummat muslim  mencium Hajar aswad , sebagai bentuk penghormatan. Sekaligus mengikuti apa yang pernah dicontohkan Nabi. Namun mereka tidak boleh terjebak dalam sikap mengagung-agungkannya apalagi sampai  menyembahnya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun