Puasa Ramadan Ibu Hamil: Kriteria dan Waktu yang Membuatnya Haram
Pada bulan suci Ramadan, umat Islam di seluruh dunia akan menjalankan ibadah puasa sebagai bagian dari rukun Islam yang ketiga. Ini merupakan kewajiban yang diwajibkan baik bagi segenap muslim laki-laki maupun perempuan.
Namun, dalam konteks kodrati seorang manusia, wanita diberkati dengan keistimewaan oleh Allah SWT untuk mengandung, melahirkan, dan menjadi ibu dalam periode kehidupannya. Masa kehamilan sendiri merupakan momen yang luar biasa bagi seorang perempuan.
Meskipun di balik keindahannya, seringkali terdapat berbagai ujian dan tantangan terhadap kondisi kesehatan ibu dan juga bayi yang dikandungnya.
Islam sebagai agama yang sempurna, memahami betul kondisi ini. Oleh karena itu, dalam situasi tertentu, seperti kehamilan, status ibadah puasa Ramadan dapat berubah sesuai dengan kondisi kesehatan seseorang. Khususnya puasa Ramadan ibu hamil.
Aturan-aturan ini telah diatur dalam ketentuan hukum Islam, mulai dari ajaran Al-Qur'an, Hadits, kesepakatan para ulama (Ijma Ulama), hingga analogi berdasarkan kasus serupa (Qiyas).
Puasa Ramadan, yang sejatinya adalah kewajiban bagi umat Islam, dapat berubah menjadi diperbolehkan (mubah) atau bahkan dilarang (haram) jika berpuasa membahayakan kesehatan ibu atau janin secara serius.
Situasi ini mungkin terjadi ketika ibu menghadapi penyakit serius atau komplikasi kehamilan yang berpotensi mengancam nyawa. Namun, perlu dicatat bahwa ini merupakan kasus yang khusus dan tidak selalu terjadi pada setiap ibu hamil.
Terkait dengan kondisi tersebut, adakah tanda-tanda atau perkiraan waktu yang dapat menentukan saat-saat paling rawan bagi seorang ibu yang sedang hamil ketika berpuasa Ramadan?
Penelitian dalam sebuah jurnal nutrisi yang berjudul "Fasting during Ramadan Increases Risk of Very Preterm Birth among Arabic-Speaking Women" memberikan penjelasan mengenai hal ini. Studi ini menyoroti bahwa berpuasa pada paruh kedua trimester kedua kehamilan dapat meningkatkan risiko terjadinya kelahiran sangat prematur (28-31 minggu) hingga 1,33 kali lipat.
Puasa Tingkatkan Risiko Kelahiran Prematur ?
Kondisi kelahiran sangat prematur atau prematur dini memiliki dampak serius terhadap kesehatan bayi dan ibu. Bayi yang lahir prematur berisiko tinggi mengalami gangguan neurologis jangka panjang, gangguan perkembangan, masalah pernapasan, bahkan risiko kematian. Sedangkan bagi ibu, kelahiran prematur meningkatkan risiko komplikasi kesehatan selama persalinan dan pasca persalinan.