Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com
Kue Buatan Simbok Kue Lebaran Favorit Klangenan Ati
"Agung, budal jam piro?"
Stasiun Pasar Senen lumayan padat, tapi saya dan keluarga bisa menikmati perjalanan. Pasalnya selama menunggu keberangkatan, kami kebagian duduk di kursi ruang tunggu. Kemudian kereta datang serta berangkat, tidak molor alias tepat waktu sesuai jadwal ditentukan.
Melalui pesan singkat, kakak ipar di kampung mengisahkan gelisahnya ibu. Semenjak pagi berjaga di teras, menghitung kendaraan yang lewat . Padahal sudah jelas, jadwal kedatangan saya di stasiun tujuan. Namun kami memaklumi, orang sepuh bawaannya tidak sabar.
Sampai di Stasiun Magetan, kami dijemput keponakan atau anak kakak tertua. Kampung yang sekian lama saya tinggalkan, kini ada di hadapan. Dan ibu adalah alasan terbesar, untuk kami menginjakkan kaki di tanah kelahiran.
Tentang kue lebaran simbok, tidak bakalan kami dapati. Simbok berpulang, sekitar sepuluh tahun silam. Namun terus terang, kue buatannya menempel di ingatan. Saya masih ingat, kebiasaan mencowel ketika kue masih di wajan adonan.
Kue Buatan Simbok Kue Lebaran Favorit Klangenan Ati
Di kampung saya, kue ini dinamakan jenang ( di tempat lain dinamakan dodol). Berbahan dasar tepung ketan, kemudian diolah dengan gula aren. Rasanya dominan manis, tapi ada unsur tekstur legit yang bikin ngangeni.
Simbok, cukup telaten menyiapkan bahan-bahannya. Semua bahan dibeli dari petani langsung, dan diolah secara tradisional yaitu dengan tungku dan kayu bakar. Untuk proses mengaduk, simbok mengupahi tetangga yang tenaganya kuat.
Adukan pertama lebih kurang dua jam, pada proses mengolah perasan kelapa menjadi minyak kelapa. Sementara adukan kedua, membutuhkan waktu tujuh sampai delapan jam. Proses mengaduk tepung ketan dan gula aren, membutuhkan ketekunan dan kesabaran ekstra.