Agung Han
Agung Han Wiraswasta

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mudik Aman dengan Baik Bertetangga

4 April 2024   17:41 Diperbarui: 4 April 2024   17:46 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Empat faktor kebahagiaan: 1. Istri yang Shalihah ; 2. Tempat tinggal yang luas ; 3. Tetangga yang baik ; 4. Kendaraan yang nyaman. (HR.Ahmad & Ibnu Hibban).

 Kompasianer's, puasa sudah di minggu terakhir dan hawa mudik mulai terasa. Shaf jamaah taraweh di masjid deket rumah, tinggal tiga atau empat yang tersisa. Ramainya anak-anak di bagian belakang, tidak lagi terdengar seperti biasa. 

Hari ini saya ada kegiatan di daerah Jakarta Timur, mendapati lalu lintas tak begitu padat. Ketika scroll di medsos, ada teman yang post status berada di kampung. Sebagian teman mengaku, akan berangkat satu atau dua hari ke depan. Saya sendiri sudah punya tiket mudik, untuk keberangkatan di akhir pekan ini.

Ya, suasana mudik sudah dimulai. Saya puluhan tahun berkeluarga dan merantau, punya PR menitipkan rumah saat ditinggal. Sungguh, buah dari bertetangga akan terasa saat mudik. Apalagi tetangga, yang penduduk asli di tempat kita tinggal sekarang. 

Dan beruntunglah, kompasianer's yang memiliki tetangga yang baik hati. Memiliki hubungan yang sehat, saling menghargai saling menghormati. Sehingga keseharian kita, menjadi nyaman.

---

Menyoal hadis di awal tulisan, pernah saya dengar saat masih bujangan. Ketika itu saya ikut pengajian rutin, di daerah Pondok Pinang Jakarta Selatan. Saya masih anak bawang, sepengajian dengan senior yang sudah berkeluarga.

Ada satu teman, stabil dalam ekonomi dan berusia matang. Kami jadikan panutan, baik dalam ilmu agama maupun pengalaman hidup. Suatu saat kami pernah menginap di rumahnya, ketika beliau pulang dari ibadah haji.

dokpri
dokpri

Sebagai orang yang paham agama, menurut saya teman ini mempraktekkan ilmunya. Yaitu berhubungan baik dengan lingkungan, aktif berjamaah dan berkegiatan di masjid. Saya melihat sendiri, bagaimana beliau bergaul dengan orang sekitar.

Diam-diam , sikap ini saya salut dan ingin mencontoh. Suatu saat setelah menikah, saya ingin berlaku demikian. Yaitu bersikap baik memuliakan istri, tentunya berlaku baik dengan tetangga.

Mudik Aman dengan Baik Bertetangga

Di usia yang menuju setengah abad ini, saya pernah mendapati sebuah pengalaman. Bahwa apa yang kita batin di masa lalu, memiliki kemungkinan untuk terjadi. Entah membatin hal kurang baik, apalagi membatin hal-hal yang baik.

Dan dari pengalaman nyata tersebut, saya seperti dituntun untuk berprasangka baik. Kepada teman, kepada orang yang kenal biasa atau sekilas, pun kepada orang yang ketemu sekelebatan. Karena saya mengalami sendiri, yang saya batin dulu-dulu akhirnya kejadian juga. Gawat kan, kalau yang dibatin hal tidak baik.

dokpri
dokpri

Soal bertetangga baik yang dilakukan teman pengajian, pernah juga saya batin. Beliau pernah saat ngobrol, menukilkan hadist tentang empat faktor kebahagiaan. Alhamdulillah, saya dikelilingi  tetangga- tetangga yang baik.

Tetangga depan rumah persis, suami seumuran dengan saya. Lahir dan besar di perumahan tempat kami tinggal, hanya beda gang dengan rumah orangtua. Kemudian istri beliau asli Bekasi, kalaupun mudik tidak terlalu jauh.

Kebaikan tetangga depan rumah, tampak dari kali pertama kami pindah rumah. Ketika itu serah terima dengan penghuni lama, kemudian kami bersih-bersih rumah. Tetangga datang mengantarkan minuman dingin, dan sejak saat itu hubungan baik terjalin sampai sekarang.

Rumah yang berdempetan di samping kanan, usianya sepantaran ibu saya. Anak-anaknya sudah berkeluarga, satu anak tinggal di rumah tersebut. Hubungan kami cukup baik, kami saling bertukar makanan di moment tertentu.

Pun dengan tetangga yang lain, menurut saya tidak ada yang usil atau menganggu. Meski tak sedekat dengan dua rumah tersebut, kami bertetangga dengan saling menjaga.

Dan kedekatan dengan tetangga, dampaknya sangat terasa saat kami mudik. Kami bisa minta tolong diawasi rumah, selama ditinggal sekitar sepekan. Mereka sangat tidak keberatan, dengan senang hati menyediakan diri membantu. Tahun ini terhitung15 tahun kami tinggal, alhamdulillah mudik selalu aman.

So, mudik aman dengan baik bertetangga. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun