Iklan Ramadan Berkesan yang Membuatku Terkesan
Ada begitu banyak keistimewaan yang berusaha dihadirkan oleh sederet iklan yang tayang spesial di bulan Ramadan. Saya secara pribadi selalu menunggu-nunggu momen ini, karena saya yakin dan percaya akan mendapat suguhan iklan yang berbeda di bulan suci ini.
Jika di hari biasanya iklan kebanyakan berbicara tentang suatu produk; entah itu kualitasnya, harga promonya, pilihan warnanya, negara asalnya, dan lain sebagainya; khusus di bulan Ramadan ada hal-hal berbeda yang akan kita temukan di setiap tayangan iklan yang ada.
Malahan jika saya amati, perusahaan-perusahaan besar seperti PT. Djarum, PT. Pertamina, dan beberapa perusahaan besar lainnya justru memasang iklan yang tidak melulu menonjolkan produknya.
Entah apa yang sebenarnya terjadi di balik fenomena tersebut. Yang pasti, pengamatan saya terhadap beragam iklan dimaksud menunjukkan suatu keunikan yang tidak akan kita temukan di bulan-bulan lainnya sepanjang tahun.
Kalau kemarin saya sempat mengulas lagu berjudul "Kalau Bulan Bisa Ngomong" yang sempat populer di era 2004, maka kali ini saya akan kembali mengajak para pembaca yang budiman untuk kembali ke tahun yang sama. Wah, ada apalagi ya di tahun 2004 silam?
Mengajak Kita Melupakan "Rasa Kecewa di Dada"
Sebuah lagu yang dinyanyikan secara mendayu-dayu dan penuh penghayatan menjadi musik latar iklan Ramadan yang satu ini. Iklan yang diproduksi oleh PT. Djarum ini menjadi salah satu iklan Ramadan yang kala itu sangat berkesan di hati saya. Gaya berceritanya mengalir begitu saja, dengan pesan mendalam yang diusungnya.
Seorang pengendara motor melintas di jalanan. Tiba-tiba sebuah mobil antik bercat merah hati melintas. Rupanya sebagian badan jalanan becek, sehingga tanpa sengaja salah satu ban mobil tersebut memercikkan seonggok lumpur ke wajah sang pengendara motor itu.
Waktu hampir senja dan azan Magrib terdengar berkumandang. Pemuda itu pun segera berhenti dan mengambil botol air mineral bekalnya, kemudian dia minum sembari menikmati beberapa butir buah-buahan yang dibawanya serta. Pemuda itu pun kemudian melanjutkan perjalanannya untuk mencari tempat terdekat agar dapat segera melaksanakan salat Magrib.
Di sebuah rumah joglo sederhana dia berhenti. Rupa-rupanya dia dipertemukan kembali dengan mobil antik berwarna merah hati yang sempat menimbulkan insiden di atas. Dari kejauhan pemuda itu mendapati tiga orang yang tadi dilihatnya sepintas berada di dalam mobil.