Mengenal 41 Macam Wadai Khas Banjar: Mitos, Warna, dan Sejarahnya
Selama tinggal di Kota Banjarmasin sejak 2006, tidak semua dari ke-41 jenis wadai tersebut pernah saya cicipi. Kalau saya hitung-hitung, baru sekitar 25 macam saja yang pernah saya rasakan kenikmatannya, diantaranya: Bingka, bingka barandam, kelalapon, wajik, apam, untuk-untuk, wadai balapis, cincin, cucur, lamang, gagatas, gaguduh, ronde, lupis, pais pisang, katupat balamak, bubur sagu, serabi, pais sagu, pais waluh, dadar gulung, amparan tatak, dan pundut.
Wadai khas Banjar sebagian diantaranya memang mengandung santan dan bercita rasa manis. Dan beberapa macam diantaranya sepintas selalu mirip dengan kue tradisional yang pernah saya jumpai di Pulau Jawa maupun Pulau Bali.
Saya bisa memahami mengapa persamaan-persamaan tersebut terjadi. Salah satunya adalah karena adanya hubungan sejarah dengan peradaban masa silam, khususnya pada masa kejayaan beberapa kerajaan bercorak Hindu dan Buddha pada masa itu.
Sensasi Berkeliling Kalimantan Selatan
Saat berkunjung ke Pasar Wadai Ramadan, setiap pengunjung akan merasakan sensasi menjelajahi Provinsi Kalimantan Selatan melalui sajian 41 jenis wadai khas Banjarmasin. Tentu warga Banua sangat hafal dengan wadai "Kue Apam khas Barabai" yang memang terkenal itu.
Jika kita telusuri melalui Google Maps, maka Kota Barabai yang berlokasi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah tersebut dapat ditempuh selama 3 jam 48 menit dan menempuh jarak sepanjang 142,8 kilometer melalui Jalan Ahmad Yani yang menjadi jalan utama penghubung antar kota/kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan ini.
Jika berbicara tentang kalalapon, maka orang Banjar akan menghubungkannya dengan Kota Martapura yang berlokasi di Kabupaten Banjar yang berjarak sekitar 42 kilometer. Dari kota ini terkenal wadai khasnya yang bernama "Kelepon Buntut".
Makanan yang bahan bakunya terbuat dari tepung ketan ini biasanya berwarna hijau, di dalamnya berisi gula merah cair. Selain itu makanan ini juga disajikan dengan parutan kelapa muda. Bentuknya yang mungil dengan rasa kenyal tersebut sanggup membuat lidah Anda bergoyang.
Di Kabupaten Tanjung Tabalong yang berjarak 227,7 km dari Kota Banjarmasin ini memiliki wadai khasnya berupa bingka yang berjuluk "Bingka Kacung". Nama ini sebenarnya diambil dari nama pembuat bingka jenis ini yang pertama kali. Almarhum tinggal di Kecamatan Kelua.
Bingka Kacung berbentuk segi enam mirip kelopak bunga. Karena rasanya yang sangat enak, maka bingka ini harganya lebih mahal dibandingkan dengan harga bingka pada umumnya.
Semoga saja di tahun 1443 Hijriah nanti pandemi Covid-19 sudah berakhir. Sehingga gelaran Pasar Wadai Ramadan atau beken dengan nama "Ramadan Cake Fair" ini bisa kembali digelar di Kota Banjarmasin.