Hablum Minannas: Kunci Humanisme Berawal di Pikiran Berakhir dalam Tindakan
Homo sapiens, saat ini sudah ke luar dari zaman batu. Satu-satunya yang tersisa di genusnya. Penelitian tentang dirinya, di bidang psikologi dan juga biologi tingkat gen menuju perkembangan yang pesat. Bahkan sangatlah pesat.
Namun, ada satu yang paling lambat berubah. Karakter yang tertanam kuat pada Homo sapiens hingga detik ini: Ketakutan akan perbedaan yang ada.
Interaksi manusia dengan spesiesnya kadang begitu juga. Ada orang yang berbeda dari dirinya, merasa jijik lalu memeranginya tanpa sebab yang jelas. Apa itu rasional? jelas tidak! Homo sapiens ternyata belum menjadi makhluk bijaksana seperti namanya.
Konflik bisa membentuk dua kutub: in group dan out group. Jika sudah membesar konflik menemukan pembenarannya sendiri. Akar masalah sudah tidak jelas. Penyelesaiannya juga rumit.
Lihatlah perang antarnegara yang ada saat ini. Masalahnya sudah tidak bisa terurai. Pilihannya menghancurkan atau dihancurkan. Mereka menciptakan kepahlawanan masing-masing. Untuk mempertegas bahwa mereka berdiri di pihak yang benar.
Saat dua pihak bertempur, tidak jarang mereka berdoa kepada Tuhan untuk mampu mengalahkan musuhnya. Ternyata di pihak lain juga melakukan hal yang sama. Minta dukungan Tuhan dalam perang yang mereka perjuangkan. Di luar gelanggang, ada juga yang berdoa agar Tuhan mendamaikan mereka yang berkonflik.
Tuhan diperebutkan, atas nama ego manusia. Bisa jadi ego tersebut berevolusi jadi tuhan nantinya kalau tidak dibatasi dan diingatkan.
Siapa yang salah kalau begitu? Bisa jadi keduanya benar. Versi masing-masing.
Sebagai makhluk sosial, Interaksi antarmanusia tidak bisa dihindarkan. Orang berinteraksi karena saling membutuhkan. Diberi dan memberi. Manusia dan manusia lainnya merupakan rantai energi. Tak terpisahkan saling isi satu dan lainnya.
Jika terganggu, bisa berdampak ke banyak aspek kehidupan. Semisal, perang Rusia melawan Ukraina. Akibatnya, pasokan barang terhambat. Harga menjadi mahal. Banyak negara mengalami tekanan ekonomi. Kemiskinan meningkan, kesejahteraan menurun. Untuk itu Allah sudah berfirman di Surat An-Nisa ayat 36:
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri."