Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.
Menjadi Teladan adalah Warisan Ramadan dari Orangtua ke Anak
Bulan Ramadan selalu membawa kenangan yang tak terlupakan bagi saya. Di antara banyak momen berharga, yang paling membekas adalah kebiasaan orangtua saya dalam menjalani bulan suci ini.
Kini setelah mereka tiada dan saya sendiri telah berkeluarga, saya semakin menyadari betapa pentingnya peran orangtua dalam membentuk karakter anak di bulan penuh berkah ini.
Saya tumbuh dalam lingkungan yang religius. Ayah saya adalah imam utama di masjid kampung, sementara ibu saya selalu aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan. Bagi mereka, Ramadan adalah waktu terbaik untuk memperbanyak ibadah.
Setiap malam salat tarawih tak pernah terlewat, tadarus Al Quran selalu berjalan tanpa henti, dan sahur maupun berbuka menjadi momen penuh kebersamaan yang sarat makna.
Sebagai anak remaja kala itu, saya menyambut Ramadan dengan semangat yang sedikit berbeda. Bagi saya, Ramadan adalah waktu yang penuh keseruan: berbuka puasa dengan hidangan istimewa, berkumpul bersama teman-teman, dan mengikuti berbagai kegiatan yang hanya ada di bulan suci ini. Ibadah memang tetap saya jalankan, tetapi masih sebatas mengikuti tanpa benar-benar memahami maknanya yang mendalam.
Seiring perjalanan waktu mengajarkan banyak hal. Setelah saya memiliki anak, saya mulai melihat Ramadan dari sudut pandang orangtua saya dulu. Saya ingin anak saya tidak hanya melihat Ramadan sebagai momen keseruan semata, tetapi juga sebagai waktu untuk memperkuat iman dan membentuk karakter yang baik.
Salah satu kebiasaan yang menonjol di bulan Ramadan kali ini adalah salat tarawih. Anak saya mendapat tugas dari sekolah untuk mencatat setiap kegiatan ibadah, termasuk salat tarawih, dalam sebuah buku yang harus ditandatangani oleh imam masjid.
Awalnya saya melihat tugas ini sebagai kewajiban akademik belaka, tetapi seiring waktu saya sadar bahwa ini adalah kesempatan bagi saya untuk menjadi teladan bagi anak saya.
Saya pun berkomitmen untuk menemaninya salat tarawih setiap malam hingga selesai. Saya ingin menunjukkan bahwa ibadah harus dijalankan dengan ikhlash, dan merupakan kebutuhan spiritual yang harus dilakukan dengan penuh kekhusuan.
Saat anak saya mencatat ibadahnya, saya merasa seperti bercermin pada diri sendiri di masa lalu. Saya tersadar bahwa kebiasaan baik yang diwariskan orangtua saya kini menjadi tanggung jawab saya untuk meneruskannya kepada anak saya.
Dalam proses ini, saya belajar bahwa pendidikan karakter bukanlah sesuatu yang bisa diajarkan hanya dengan kata-kata. Keteladanan adalah cara terbaik untuk membentuk karakter anak.
Bagaimana mungkin saya berharap anak saya menjadi pribadi yang disiplin dan taat beribadah jika saya sendiri tidak mencontohkannya? Kesadaran ini semakin memperkuat tekad saya untuk tidak hanya menyuruh, tetapi juga menjadi yang terdepan dalam pelaksanaannya.
Terkadang saya merasa lelah setelah seharian beraktivitas, tetapi melihat anak saya bersemangat menjalankan tugasnya membuat saya kembali bersemangat. Saya ingin ia melihat bahwa salat tarawih bukanlah beban, melainkan bentuk kecintaan kita kepada Allah SWT.
Saya ingin ia mengerti bahwa Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi lebih dari itu adalah tentang memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah.
Ramadan kali ini memberi saya pelajaran berharga: kebiasaan baik yang diwariskan orangtua saya telah menjadi bagian dari diri saya, dan kini saya memiliki tanggung jawab untuk meneruskannya kepada anak saya. Saya yakin suatu hari nanti, ia juga akan mengenang Ramadan dengan cara yang sama seperti saya mengenang orangtua saya.
Pada akhirnya Ramadan bukan sebatas ritual belaka, memastikan warisan nilai-nilai kehidupan mengalir dari satu generasi ke generasi berikutnya adalah suatu keniscayaan. Sebagai orangtua, tugas saya adalah memastikan warisan itu tetap hidup dan mengakar kuat dalam diri anak saya.
Content Competition Selengkapnya
MYSTERY CHALLENGE
Bercerita +SELENGKAPNYA
Ketemu di Ramadan

Ketemu di Ramadan hadir kembali. Selain sebagai ajang buka puasa bersama Kompasianer, ada hal seru yang berbeda dari tahun sebelumnya. Penasaran? Tunggu informasi selengkapnya!