Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.
Berbagi Makanan Buka Puasa ala Mushola Aisyiyah Kauman Yogyakarta
Alhamdulillah pada Ramadan tahun ini Mushola Aisyiyah kami kembali semarak. Setelah terjeda 2 tahun gara-gara pandemi Covid-19, acara berbagi makanan buka puasa pun kembali diadakan
Alhasil, sejak lepas Asar hingga kurang lebih pukul setengah sepuluh malam, di mushola khusus perempuan itu selalu ada aktivitas. Sibuk pokoknya. Mulai dari menyiapkan makanan yang hendak dibagi hingga tadarusan berakhir.
Makanan yang hendak dibagikan untuk berbuka datangnya memang selepas Asar. Jadi, para panitia tak pulang seusai berjamaah salat Asar. Mereka menunggu kiriman makanan dari donatur. Tentu sembari mempersiapkan hal-hal lain yang diperlukan.
NGAJI DULU, DAPAT REWARD KEMUDIAN
Perlu diketahui, makanan hanya dibagikan kepada orang-orang yang mengikuti pengajian jelang berbuka. Yang dimulainya sekitar pukul lima sore. Dengan demikian, saya (yang tinggal di depan mushola) tak bakalan ikut kebagian kalau cuma rebahan di rumah.
Kok gitu? Iya, dong. Konsepnya 'kan ngaji dulu dengan ikhlas, dapat reward kemudian. Reward-nya tentu saja berupa pahala dan makanan buat berbuka puasa. Plus bertambahnya wawasan keagamaan.
Nah, lho. Terbukti 'kan bahwa orang-orang yang mendahulukan urusan ukhrawi memang ganjarannya dobel? Akhiratnya dapat (yaitu pahala), dunianya juga dapat (yaitu makanan untuk berbuka).
Sungguh. Istilah rezeki khusus buat anak saleh memang nyata adanya. Eh, ralat. Bukan anak saleh, melainkan eyang dan ibu saleh. 'Kan pesertanya mayoritas kaum lansia dan pralansia. Cuma saya yang masih remaja. Hahaha!
MANDIRI AMBIL MAKANAN DAN MINUMAN
Jangan underestimate dengan para eyang jamaah Mushola Aisyiyah kami. Mereka luar biasa, lho. Meskipun sebagian sudah salat dengan bantuan kursi, semangat dan mobilitas mereka tetap tinggi.
Yup! Pokoknya mandiri is a must. Bagi mereka, usia hanyalah jumlah bilangan. Bukan alasan untuk meminta dimanjakan dan dilayani.
Kalau masih bisa melakukan sesuatu sendiri, buat apa meminta pertolongan? Termasuk untuk mengambil makanan dan minuman buat berbuka.
Walaupun dalam ritme lebih lambat daripada orang-orang pada umumnya, para eyang masih mandiri. Tidak membebani panitia. Panitia tinggal menunggu di meja menu, lalu menyerahkan makanan dan minuman kepada yang mendekat.
Nah! Kalau seperti itu kondisinya, apakah pantas kalau saya merasa mager alias malas gerak untuk menuju meja menu? Enggak tahu diri kalau nekad mager.
Rekaman kegiatan di mushola kami itu bisa dilihat di Reel IG @agustinapurwantini ... Berbagi, Tapi Mandiri
BERUSAHA TAAT PROKES
Selain mandiri dalam hal mengambil jatah berbuka puasa, kami di Mushola Aisyiyah masih berusaha taat prokes. Masker is a must. Kalau sampai ada yang lupa tak memakainya, takmir menyediakan masker gratis.
Saat duduk pun diimbau agar selalu jaga jarak. Praktiknya memang lumayan susah, sih. Namun, yang terpenting telah berusaha semaksimal mungkin.
Disarankan tidak mengobrol, apalagi dalam kondisi buka masker dan sedang makan/minum. Kalau saran yang ini relatif mudah ditaati. Setelah duduk manis menghadapi hidangan, kami terbiasa menunggu azan Magrib dalam diam.
Penyebab diamnya beraneka macam, sih. Ada yang diam karena khusyuk berzikir, melamun, atau mengantuk. Yang gokil itu kalau diam karena merasa tidak kenal dengan orang di sebelahnya, padahal sesungguhnya kenal. Yup! Gara-gara muka tertutup masker.
Alhamdulillah ketika azan Magrib berkumandang, semua fokus membatalkan puasa. Pastilah cenderung tetap dalam keheningan. Ada yang menyeruput teh hangat terus-menerus. Ada yang melanjutkannya dengan menikmati sepotong kue. Ada pula yang pilih mengudap kurma seperti saya.
Tiap hari memang ada kurma di kotak snack yang kami terima. Jadi, saya rutin mengonsumsinya saat berbuka. Alhamdulillah.
O, ya. Tak seperti sebelum pandemi, kali ini kami diimbau membawa gelas sendiri dari rumah. Namun, mushola menyediakan gelas kertas sekali pakai untuk jaga-jaga. Siapa tahu ada yang lupa bawa gelas.
***
Demikian sekelumit cerita tentang berbagi makanan untuk berbuka puasa di mushola kami. Di Mushola Aisyiyah Kauman Ngupasan Yogyakarta. Sebuah mushola bersejarah yang menjadi saksi perjuangan Nyai Ahmad Dahlan. Semoga berfaedah.
Salam.