Pada dasarnya full time blogger, sedang belajar jadi content creator, kadang jadi editor naskah, suka buku, serta hobi blusukan ke tempat heritage dan unik.
Ingat 3 Hal Ini untuk Cari Baju Lebaran
Alhamdulillah. Ramadan telah terjalani 27 hari. Lebaran pun kian dekat. Indikasinya, shaf Shalat Tarawih makin berkemajuan.
Terutama fenomena tersebut terjadi di masjid/mushala yang berada di kota-kota, yang merupakan "markas" para perantau. Sementara di daerah-daerah yang warganya mudik dari perantauan, shaf Shalat Tarawih justru bertambah.
Bicara tentang fenomena shaf Shalat Tarawih yang berkemajuan, di mushala dekat rumah pun terjadi. Kemajuan itu bahkan tampak sangat nyata.
Dari yang semula tiga shaf lebih, kini jamaah Tarawihnya menyusut. Menjadi satu shaf saja. Bahkan tak jarang, satu shaf pun tak penuh.
Sepertinya orang-orang yang biasa memenuhi mushala kami sudah bergeser ke kota lain. Alhasil, yang tersisa hanyalah para "penjaga peradaban kampung". Terdiri atas warga asli yang seasli-aslinya dan asli KW semacam saya.
Yang tersisa itu pun sebagian (mungkin) sudah pecah konsentrasi. Bimbang untuk tetap konsisten ke mushala demi Tarawih berjamaah? Atau, bolos dulu untuk belanja baju Lebaran?
Begitulah tabiat Ramadan bila Lebaran telah kian dekat. Sungguh penuh ujian. Mau pilih hal-hal surgawi atau duniawi? Mau fokus mengejar malam seribu bulan atau serius mengejar diskon baju Lebaran?
Nah, nah. Apakah Anda juga begitu? Selain sibuk mengejar malam Lailatul Qadar, Anda juga tengah galau memikirkan baju Lebaran?
Duh! Jangan, dong. Baju untuk berlebaran itu memang penting. Akan tetapi, tingkat kepentingannya tetap jauh di bawah Lailatul Qadar.
Sudahlah. Tak usah bingung-bingung lagi. Cukup ingat 3 prinsip ini untuk menentukan baju Lebaran Anda. Mau baju baru, mau baju lama, yang paling penting bisa memenuhi 3 prinsip tersebut.
1. Harus Menutup Aurat
Tak bisa tidak, baju Lebaran haruslah yang menutup aurat. Betul-betul menutup aurat. Bukan yang tampaknya tertutup rapat.
Anda mungkin pernah melihat seseorang yang pakaiannya menutup seluruh bagian tubuh, yang mesti ditutup. Hanya saja, pakaiannya itu ketat. Hingga tiap detil lekak-lekuk tubuhnya membayang jelas.
Itulah yang disebut tampaknya tertutup rapat. Tampaknya saja. Sesungguhnya malah belum menutup aurat. Kiranya itulah yang disebut berpakaian, tapi telanjang.
Jadi ingat, ya. Jangan sampai mengenakan baju Lebaran semacam ini.
2. Aman
Kalau berencana memakai baju Lebaran untuk Shalat Idul Fitri, sementara lokasi shalatnya lumayan jauh dari rumah, jangan lupa mempertimbangkan jenis moda transportasi yang akan kita pergunakan.
Gamis-gamis manis yang syar'i memang cocok untuk berlebaran. Demikian pula rok-rok lebar menawan. Anda bisa tampil anggun dan feminin karenanya. Akan tetapi, kalau dari rumah ke lokasi shalat naik sepeda motor, lebih baik pikir ulang.
Pikir ulang dan kemudian lupakan ide untuk berpakaian seperti itu.
Mengapa? Karena bisa mengancam keselamatan jiwa Anda. Bagian bawah gamis atau rok bisa masuk jeruji roda sepeda motor.
Hal itu amat berbahaya, lho. Saya pernah melihat dengan mata kepala sendiri, dua perempuan akhirnya jatuh dari sepeda motor mereka. Akibat rok tergulung maauk roda.
3. Nyaman
Baju Lebaran juga mesti nyaman. Anda bisa tertekan kalau merasa tidak nyaman karenanya.
Misalnya Anda tak suka baju batik, tapi dipaksa memakai baju Lebaran corak batik. Walaupun di mata orang lain pas, cocok, dan aman, Anda tentu tetap gelisah karena merasa tak nyaman.
Iya. Nyaman memang mahal harganya. Personal pula sifatnya. Nyaman bagi saya, belum tentu nyaman pula untuk orang lain.
Demikian pemikiran saya terkait kiat menentukan baju Lebaran. Semoga berfaedah.
Salam.