Menyendot Daging Kreco dari Cangkangnya
Setelah bisa berenang, hampir setiap hari saya nyemplung Sungai Kalimas. Berjam-jam. Kulit saya menjadi lebih hitam. Kulit juga mbesisik, tampak kering dan pecah-pecah.
Ketika masih kelas 6 SD, saya pernah berenang sejauh 500 meter, meloncat dari Tretek Bungkuk Ngegel. Sendirian. Saya melakukan hal itu lantaran terilhami setelah menonton acara di televisi.
***
Saya makin piawai berenang. Saya pernah ikut membantu menemukan seorang anak yang tenggelam di Sungai Kalimas. Saya memakai kawat yang ujung dibengkokkan seperti celurit.
Saya menyelam beberapa meter. Saya kibaskan kawat itu. Entah pada gerakan ke berapa, akhirnya mengenai lipatan bahu korban. Hingga saya tarik ke atas. Korban yang tak menyewa mengapung, lalu banyak orang menepikan, kemudian dibawa ke rumah sakit.
Saking senangnya selulup (menyelam), saya kerap mencari kreco, keong yang hidup di dalam air. Di Sungai Kalimas masa itu, jumlahnya sangat banyak. Tempatnya di dalam lumpur. Kreco juga menempel di tumbuh-tumbuhan di dalam air.
Kreco-kreco yang saya dapatkan itu gak pernah saya pulang. Saya berikan kepada Bu Mochtar. Perempuan asli Madura itu, kalau memasak kreco kuah pedas sangat ampuh. Wuenak pooll. Saya selalu diberi krecoa kuah pedas yang sudah dimasak.
Di bulan Ramadan, masakan kreco kuah pedas Bu Mochtar ini menjadi buruan pembeli.
Sebelum memasak, Bu Mochtar mencuci bersih kreco tersebut. Kemudian direbus hingga satu jam dan airnya dibuang agar tidak bau tanah.
Bu Mochtar lantas memberi air lagi. Dia meracik sendiri bumbu rempah-rempah pilihan. Hingga akhirnya, kreco siap dijual dan dinikmati pelanggan.