Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mahasiswa

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Al Quran: Pedoman Menuju Keberuntungan Sejati

12 Maret 2024   05:54 Diperbarui: 12 Maret 2024   06:29 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Al Quran: Pedoman Menuju Keberuntungan Sejati
radarbanyumas.disway.id

Orang-orang yang bertakwa memahami bahwa harta yang mereka miliki bukanlah milik mereka semata, tetapi merupakan titipan dari Allah SWT yang diberikan untuk dielakkan dan dibagikan kepada orang lain sesuai dengan petunjuk-Nya. Oleh karena itu, mereka dengan ikhlas dan sukarela menyisihkan sebagian dari rezeki mereka untuk diinfakkan di jalan Allah SWT, tanpa mengharapkan imbalan atau pujian dari manusia. Selain sebagai bentuk syukur atas nikmat yang diberikan Allah, infaq juga memiliki nilai-nilai moral dan sosial yang tinggi dalam Islam. Dengan berbagi rezeki kepada sesama, orang-orang yang bertakwa menunjukkan kepedulian mereka terhadap kesejahteraan dan kebutuhan orang lain di sekitar mereka. Ini mencerminkan sikap dermawan, penuh kasih, dan saling tolong menolong yang diajarkan dalam ajaran Islam. Dengan melakukan infaq secara konsisten dan ikhlas, orang-orang yang bertakwa mengharapkan ridha Allah SWT dan mendapatkan keberkahan serta kebaikan dalam hidup mereka. Infaq bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, membersihkan hati dari sifat kikir dan bakhil, serta membentuk karakter yang mulia dan penuh kasih sayang.

   وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَب ْلِكَۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ ۝٤
Artinya: "dan mereka yang beriman pada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad) dan (kitab-kitab suci) yang telah diturunkan sebelum engkau dan mereka yakin akan adanya akhirat."

Foto: Ilustrasi Alquran (Freepik)/cnbcindonesia.com
Foto: Ilustrasi Alquran (Freepik)/cnbcindonesia.com

4. Beriman Kepada Al-Qur'an dan Kitab-Kitab Suci Sebelumnya 

Al-Qur'an adalah kitab suci bagi umat Islam yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang memiliki keyakinan yang kokoh terhadap Al-Qur'an serta kitab-kitab suci sebelumnya, seperti Taurat, Zabur, dan Injil. Dalam ajaran Islam, Al-Qur'an dianggap sebagai sumber utama petunjuk dan pedoman bagi umat manusia. Ia memuat ajaran-ajaran yang bersifat universal dan relevan untuk semua zaman dan tempat. Orang-orang yang bertakwa memahami pentingnya mengimani Al-Qur'an sebagai wahyu ilahi yang menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan.

Selain itu, mereka juga mengakui dan menghormati kitab-kitab suci sebelumnya yang diturunkan kepada para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. Ini mencakup Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa AS, Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud AS, dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa AS. Mengimani kitab-kitab suci sebelumnya adalah bagian dari iman yang lurus dalam Islam. Mengimani Al-Qur'an dan kitab-kitab suci sebelumnya juga mencerminkan pengakuan atas kesinambungan ajaran Allah SWT kepada umat manusia. Meskipun dalam perjalanan waktu terdapat perubahan dan penyimpangan terhadap ajaran-ajaran tersebut, namun orang-orang yang bertakwa tetap berpegang teguh pada esensi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Dengan mengimani Al-Qur'an dan kitab-kitab suci sebelumnya, orang-orang yang bertakwa mengambil pedoman hidup dari ajaran Allah SWT yang telah diturunkan kepada para nabi-Nya. Mereka berusaha untuk mengamalkan ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka dan menjadikannya sebagai panduan dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan kehidupan. Dengan demikian, mengimani Al-Qur'an dan kitab-kitab suci sebelumnya bukan hanya menunjukkan kepatuhan kepada ajaran Allah SWT, tetapi juga menjadi landasan bagi kehidupan yang benar dan berkah. Orang-orang yang bertakwa menganggap ajaran-ajaran tersebut sebagai sumber inspirasi dan kebijaksanaan yang membimbing mereka menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ilustrasi alam kubur atau alam barzakh, batas antara alam dunia dan akhirat. (Foto: iStock)/detik.com
Ilustrasi alam kubur atau alam barzakh, batas antara alam dunia dan akhirat. (Foto: iStock)/detik.com

5. Yakin akan Adanya Akhirat 

Akhirat adalah tahapan kehidupan setelah kematian, menurut ajaran Islam. Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang memiliki keyakinan teguh akan keberadaan akhirat dan senantiasa mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan di alam tersebut. Dalam konsep Islam, akhirat merupakan periode kehidupan yang abadi setelah kematian fisik. Ini adalah saat di mana setiap individu akan dihadapkan pada pertanggungjawaban atas amal perbuatannya di dunia ini. Orang-orang yang bertakwa memahami pentingnya persiapan untuk kehidupan di akhirat, karena di sanalah mereka akan menghabiskan waktu yang tidak terbatas dalam keabadian.

Keyakinan akan adanya akhirat mencerminkan kesadaran akan tujuan sejati kehidupan manusia. Orang-orang yang bertakwa menyadari bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara, sedangkan kehidupan di akhirat adalah abadi. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk melakukan amal perbuatan yang baik dan mentaati perintah Allah SWT, dengan harapan mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan yang kekal di akhirat. Persiapan untuk akhirat bukan hanya dilakukan melalui amalan ibadah, tetapi juga melalui pembentukan karakter dan sikap mental yang sesuai dengan ajaran Islam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun