Membeli Baju Baru untuk Lebaran, Suatu Keharusan?
Lebaran tak kurang dari sebulan, berbagai agenda persiapan telah dilancarkan termasuk membeli baju baru. Bahkan di indonesia, hal ini telah disebut menjadi tradisi tahunan. Tradisi tahunan ini, kemudian menjadi suatu kebiasaan masyarakat yang akan muncul menjelang hari raya.
Tak heran, jika baju baru menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perayaan lebaran dari tahun ke tahun. Semakin mendekati hari-hari akhir sebelum datangnya hari raya Idul Fitri, kegiatan membeli baju baru akan dianggap menjadi sebuah fenomena.
Media sosial, televisi, hingga media cetak seperti koran selalu tak luput mengamati dan mengabarkan peristiwa itu. Tidak afdhal rasanya jika dalam momen lebaran, tidak tampil berbeda dibanding dengan lebaran-lebaran tahun lampau.
Mulai dari Toko Bazaar, Toko Baju, Pasar, hingga Mall tak luput menjadi incaran masyarakat untuk memilah-milah baju yang mereka anggap bagus dan terbaik. Tidak bisa dilupakan begitu saja, memang tradisi membeli baju baru saat lebaran sudah terjadi dalam waktu cukup lama.
Abad ke-20 tepatnya, dimana Indonesia masih dalam kepemimpinan Hindia Belanda. Bahkan kabarnya, saat itu para kolonialis merasa heran dengan kebiasaan masyarakat yang mengenakan pakaian baru dan menyiapkan makanan serta aneka jajanan ketika datangnya hari raya Idul Fitri.
Lantas, apakah membeli baju sudah menjadi urgensi? Apakah membeli baju merupakan sebuah keharusan? Lumrahnya, wajar saja membeli baju baru setiap setahun sekali. Mungkin pakaian lama sudah kekecilan tak muat, atau pakaian lama sudah memiliki motif dan warna yang sudah memudar. Namun, beberapa diantara kita selalu menjadikan momen ini menjadi suatu urgensi atau keharusan yang dinilai sangat penting.
Memang tak salah membeli baju baru untuk lebaran, namun jangan sampai kita sebagai masyarakat salah mengartikan dan memahaminya. Membeli baju baru untuk lebaran bukanlah suatu keharusan dan bukan juga merupakan tuntutan beribadah.
Dalam agama pun, tidak ada tuntutan untuk memakai baju baru di hari raya, yang ada adalah menganjurkan umatnya untuk memakai pakaian terbaiknya. Pakaian terbaik bukan berarti baju baru, melainkan juga bisa dimaknai baju lama kita yang masih bersih dan layak pakai.
Kebiasaan lama jika kita berkumpul dengan teman-teman hingga keluarga besar, pasti akan menanyakan mengenai baju baru. Dan akhirnya membuat kita menjadi kepikiran bahkan diantara kita ada yang bersedih karena tidak memakai baju baru, terutama anak-anak kecil.
Semua tergantung pada penilaian diri kita masing-masing. Jika kita menilai bahwa tradisi ini merupakan tradisi yang tidak ada urgensi yang mewajibkannya maka kita pasti akan belajar dan mengerti, bahwa ada keharusan lainnya yang lebih penting dari sekedar baju baru, yaitu memperbaiki batin dan pikiran kita semaksimal mungkin di hari raya dan menghindari nafsu-nafsu yang sudah kita tempa selama bulan puasa untuk waktu yang lebih baik kedepannya. Jadi kalaupun kita tidak membeli atau mengenakan baju baru, kita tidak perlu untuk berkecil hati.