Airani Listia
Airani Listia Penulis

Mantan pekerja yang sedang sibuk menjadi emak-emak masa kini. Hobi menyebarkan kebaikan dengan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sungkeman Lebaran, Tradisi Penuh Makna Asal Jawa

29 Maret 2024   19:59 Diperbarui: 29 Maret 2024   19:59 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sungkeman Lebaran, Tradisi Penuh Makna Asal Jawa
ilustrasi sungkeman lebaran zaman dulu I sumber: pinterest.com/Maria

Dosen Tradisi Lisan dan Seni Asia Tenggara Program Studi S2 Asia Tenggara FIB UI, Dr Darmoko dalam Kompas.com (19/04/2023) mengatakan, sungkeman adalah penyampaian rasa hormat dan bakti pada orangtua. Memohon doa restu agar dalam menjalani kehidupan selalu mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan lahir batin.

Tradisi ini, tidak hanya dilakukan saat lebaran saja, tetapi juga sungkeman saat melangsungkan pernikahan. Sungkeman dalam upacara pernikahan sudah pernah saya lakukan ketika menikah tahun 2019.

Jujur sih, sungkeman pernikahan lebih terasa sangat sakral dan lebih membuat sedih. Hal itu karena sungkeman pada upacara pernikahan hanya terjadi sekali saat kamu menikah. Tujuannya, tentu untuk meminta izin, restu, dan doa agar kehidupan rumah tangga kelak bisa bahagia.

Menurut Darmoko, sungkeman dilakukan saat lebaran karena etika Jawa memandang manusia tidak akan lepas dari jati dirinya. Yang terdiri dari jasad, jiwa, batin, dan nafsu. Manusia tidak terlepas dari kesalahan yang dilakukan di masa lalu.

Kesalahan yang dilakukan membuat hubungan yang kurang baik antara manusia, sehingga perlu adanya sungkeman sebagai strategi menyelaraskan diri dan menyatukan kembali hubungan yang kurang baik antarpribadi.

Darmoko menambahkan, filosofi manusia untuk mengupayakan mencapai kesempurnaan hidup. Kesempurnaan hidup hanya bisa diraih dengan menyatukan diri dengan manusia lain, alam, dan Tuhan.

Wah, saya pun tidak menyangka, sedalam itu makna sungkeman. Manusia hidup saling berdampingan, dimana kesempurnaan hidup itu berarti hidup bahagia saling toleransi, saling bertegur sapa, saling merangkul satu sama lain. Saling bermanfaat dan memahami antar individu.

Sungkeman lebaran terakhir di rumah masa kecil

Tahun 2019, menjadi sungkeman lebaran terakhir di rumah masa kecil saya. Dua minggu setelah lebaran tahun itu, saya sudah menikah, tinggal bersama suami dan mertua di rumah baru. Dua kali sungkeman dalam satu bulan, dua kali meneteskan air mata hingga riasan pernikahan sedikit pudar.

Saya melakukan sungkeman yang sama seperti sungkeman pada umumnya. Duduk bersujud di depan orangtua, meminta maaf dengan tulus pada orangtua atas kesalahan yang pernah dilakukan. Hanya saja, tambahan meminta doa restu untuk kehidupan masa mendatang yang baik.

Saat itu, saya sadar permintaan maaf saya tidak akan bisa menghapus banyaknya kesalahan yang pernah saya lakukan pada orangtua. Saya hanya berharap, sungkeman itu menjadi kesempatan saya meminta maaf selama masih hidup. Terlalu banyak luka yang pernah saya torehkan, tapi sebagaimana orangtua, mereka akan selalu memaafkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun