Aji Prasanto
Aji Prasanto Lainnya

Suka menulis apa saja dan tertarik dengan keluh kesah dunia.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

[Coretan Ramadhan 16] Kecerdasan Intelektual dalam Islam

7 April 2023   22:49 Diperbarui: 7 April 2023   22:51 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[Coretan Ramadhan 16] Kecerdasan Intelektual dalam Islam
Ilustrasi cahaya Ramadhan, (pexels.com/ Oleksandr Pidvalnyi)

Bicara tentang tingkah laku manusia tentunya tidak ada habisnya seperti halnya; peradaban, romansa, pemikiran, kemajuan zaman, sampai pada hal-hal yang sebagian orang menganggap tidak normal dilakukan, serta masih banyak lagi. Namun dari keunikan itu semua, masalah persepsi atau sudut pandang menjadi perbincangan yang cukup lumayan ramai belakangan ini.

Dengan dianugerahkan akal, yang memberikan derajat manusia lebih tinggi dari makhluk hidup lainnya, pernahkah kita sesekali memikirkan tentang adanya akal. Seperti halnya, kadang kita merasa akal memberikan kita ide-ide bagus yang bisa memberikan kita kekuatan untuk bertahan dalam kerasnya kehidupan dunia ini. Namun, kadang pula akal memberikan kita sebentuk hal-hal yang memberikan rasa kesedihan, ketidakberdayaan, menciptakan kefrustrasian, atau yang lainnya.

Jadi sebenarnya akal ini anugerah atau kutukan? Wkwk

Oke, dari pada pikiran kita menjadi tidak karuan karena memikirkan hal yang tak semestinya kita pikirkan, lebih baik kita simak ulasan sederhana berikut ini tentang intelektual dalam Islam serta intelektual yang dimiliki Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana Beliau merupakan panutan yang benar-benar dapat memberikan kita suatu kebahagiaan baik di dunia maupun di ahirat.

***

Melansir dari Jurnal Ulunnuha, yang ditulis oleh Faisal, F. (2016) dengan judul Kecerdasan Intelektual Rasulullah SAW: Perspektif Hadis. Menyebutkan bahwa dalam konteks manusia yang diturunkan di muka bumi ini yaitu sebagai "agen perbaikan", maka berjalannya kehidupan sangat berkepentingan dengan sumber daya manusia yang ada.

Berbicara mengenai masalah sumber daya manusia, tentu tidak dapat lepas dari kemampuan manusia dalam hal berpikir (intelektual). Karena dengan kecerdasan serta intelegensi yang baik yang dimiliki oleh manusia, akan memberikan kemampuan dalam hal bertahan hidup serta menerima perbaikan-perbaikan atau perubahan dalam arus perkembangan zaman.

Dalam ajaran Islam, adanya akal yang dimiliki manusia sangat di perhatikan sekali. Seperti yang dijelaskan oleh Faisal, F. (2016) yang mana mengatakan, "dalam Al Qur`an banyak sekali ayat-ayat yang mengisyaratkan tentang akal. Berkali-kali Allah SWT menyebutkan perihal akal, orang yang berakal, serta penggunaan akal pikiran seperti kalimat 'afala ta'qilun', 'afala tatadabbarun', dan sebagainya. Demikian pula di dalam hadis, banyak ditemukan isyarat pentingnya akal dalam beragama".

Lebih jauh lagi Faisal, F. (2016) menyebutkan bahwa dengan adanya agama yang memberikan sebentuk larangan serta perintah-perintah dari Allah, tidak akan dapat dipahami oleh seorang hamba bila mana seorang hamba tersebut tidaklah mengoptimalkan kemampuan dari akal pikirannya.

Karena itu, untuk menjadi seorang Muslim yang kaffah, apalagi bisa menjadi khalifatullah fil ardh yang menjalankan hukum-hukum agama, mestilah seorang yang memiliki akal pikiran yang baik dan sehat. Faisal, F. (2016) menuliskan pula bahwa Rasulullah SAW dalam sebuah hadisnya, mewajibkan bagi seorang Muslim untuk menggunakan akalnya dalam memahami dan mengimplementasikan firman Allah SWT.

Dari penjelasan diatas, selanjutnya kita diantarkan pada kemampuan intelektual yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW yang diantaranya berupa: Kecerdasan Memori (ingatan), Kecerdasan Verbal dan Kelancaran Berbicara, Kecerdasan Berhitung, Kecerdasan dalam Berfikir Logis, Kecerdasan dalam Pengamatan Cepat dan Cermat, dan yang terakhir Kecerdasan Spatial Factor (kemampuan mengadakan orientasi dalam ruang).

Secara singkat, melihat dari Jurnal Ulunnuha masing-masing kecerdasan yang dimiliki Nabi Muhammad SAW tersebut dapat dijelaskan berupa:

Kecerdasan Memori (ingatan), Nabi Muhammad SAW Sebagai pembawa Kitab Suci secara otomatis merupakan seorang penghafal Al Qur'an, sehingga menjadi rujukan bacaan bagi para sahabat penghafal dan penulis wahyu. Dikatakan pula Nabi Muhammad SAW Sebagai bangsa Arab, secara kodrati memang beliau mempunyai daya hafal yang kuat.

Kemudian Kecerdasan Verbal dan Kelancaran Berbicara, sebagai seorang Rasul Nabi Muhammad SAW mempunyai kecerdasan dan kefasihan berbahasa yang sangat baik. Bilamana Nabi Muhammad SAW tidak memiliki kecerdasan verbal dan Kelancaran Berbicara, tentunya akan sulit bagi Beliau untuk menyampaikan kebenaran dan sulit pula untuk dimengerti kaumnya.

Dalam Kecerdasan Berhitung, dapat dilihat dimana Nabi Muhammad SAW merupakan seorang pedagang yang sukses sebelum kerasulannya. Ia berhasil melakukan ekspedisi dagang ke kota-kota sekitar Mekah. Nabi Muhammad SAW mendapat berbagai keuntungan besar, yang mana belum pernah di dapat oleh saudagar-saudagar Khadijah sebelumnya.

Selanjutnya Kecerdasan Nabi Muhammad SAW dalam Berfikir Logis, yang mana pada masa itu, terdapat banyaknya tukang tenung atau pun tukang ramal. Nabi melarang umatnya mendatangi dan lebih jauh mempercayai hal ini, karena akan berakibat terhadap berpikir logis yang dianjurkan oleh agama dan sesuai dengan fitrah kemanusiaan.

Lalu Kecerdasan Nabi Muhammad SAW dalam Pengamatan Cepat dan Cermat, hal ini tergambar dalam kecakapan Nabi dalam mendamaikan konflik suku-suku Arab waktu itu. Sehingga Rasulullah SAW dikenal pula dengan sebutan al-Amin oleh masyarakat Mekah sebelum ia diangkat sebagai Nabi dan Rasul.

Terakhir Kecerdasan Spatial Factor (kemampuan mengadakan orientasi dalam ruang), yang mana terlihat dari kesuksesan Nabi dalam berdagang yang mana Beliau pandai dalam mencari atau mengamati tempat-tempat serta lokasi yang strategis. Begitu pula dalam kepemimpinannya mengatur pasukan perang, yang menghasilkan kemenangan di berbagai tempat dengan kondisi yang berbeda-beda.

***

Begitulah sekilas ulasan tentang pentingnya kecerdasan intelektual yang ada dalam ajaran Islam, yang memberikan kita sebentuk dorongan untuk senantiasa meningkatkan kemampuan kita dalam hal intelektualitas, sehingga terhindar dari kesesatan berpikir serta menjaga kita dalam kesalahan mengartikan sesuatu yang diperintah atau dilarang oleh Allah SWT.

Serta tak ketinggalan pula, kecerdasan serta kemampuan yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW. Dengan mengetahui tentang hal tersebut tentunya kita sadar bahwasanya kehidupan, bahagia atau tidaknya tergantung dengan kemampuan yang kita miliki. Berpikir logis, kecakapan melihat peluang, serta memiliki rasa optimisme yang tinggi merupakan hal yang diperlukan untuk meraih kesuksesan di dunia ini.

Kita terkadang merasa "pesimis" tentang apa yang kita miliki seperti halnya tentang fasilitas, kemampuan, koneksi, atau latar belakang keluarga. Jika kita melihat Nabi Muhammad SAW, beliau adalah seorang yang buta huruf, tidak dapat baca tulis, yatim piatu, serta banyak hal-hal yang tidak menyenangkan yang diterima Beliau.

Oleh karena itu, dengan sedikit banyak mengetahui tentang perjalanan Nabi serta dunia Islam. Semoga kita dapat mengambil pelajaran serta mendapat kelapangan hati juga motivasi untuk terus semangat dalam menjalani hidup ini.. .

***

Coretan hari keenam belas puasa Ramadhan... Semoga dalam Ramadhan kali ini, seluruh makhluk diberikan kesejukan, serta dapat sampai pada kemenangan dan kebahagiaan yang hakiki. Amin 

Referensi:

Faisal, F. (2016). Kecerdasan Intelektual Rasulullah SAW: Perspektif Hadis. Jurnal Ulunnuha, 5(2), 11-21.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun