[Coretan Ramadhan 24] Menuju Surgawi Tanpa Meninggalkan Duniawi
Hidup di dunia yang penuh dengan lika-likunya, memberikan sebentuk pertanyaan yang beragam dari manusia tentang hidup di dunia. Seperti halnya tentang; tujuan, cita-cita, harapan, keinginan dan lain sebagainya. Banyak dari kita jika ditanya, untuk apa kita diciptakan dan hidup di dunia ini? Dengan mudah menjawab untuk beribadah kepada Tuhan. Sebagai umat yang beragama tentunya kewajiban beribadah serta meninggalkan segala larangan-Nya, merupakan suatu yang harus dijalankan.
Namun tentunya, sebagai seorang yang hidup di dunia yang memiliki kebutuhan akan hidup serta interaksi sosial pada masyarakat. Kita tidak bisa serta merta hanya menjalani dan menjauhi segala perintah dan larangan-Nya, kita tetap harus memperhatikan akan kebutuhan di dunia serta di akhirat.
Manusia yang memiliki berbagai sifat, karakter, juga wataknya menjadikan manusia memiliki tingkah laku serta kesadaran yang berbeda-beda. Dalam islamic-economics.uii.ac.id, menyebutkan bahwa, "seseorang dengan kesadaran bahwa kehidupan di dunia hanya sementara, akan bisa menyeimbangkan kebutuhan duniawi dengan akhiratnya. Sementara seseorang dengan tingkat kesadaran tidak berimbang, akan lebih condong memprioritaskan salah satu dari keduanya".
Dari hal tersebut dalam news.uad.ac.id, mengutip ceramah dari H. Aly Aulia, Lc., M. Hum. bahwasanya Allah SWT, memerintahkan manusia untuk mempersiapkan kehidupannya di akhirat kelak dengan tanpa mengabaikan kehidupan di dunia. Oleh karena itu "Utamakan akhirat tapi tidak boleh mengesampingkan kehidupan dunia!" (H. Aly Aulia, Lc., M. Hum.).
Lebih lanjut, H. Aly Aulia, Lc., M. Hum dalam ceramahnya menyatakan bahwa untuk dapat menyeimbangkan antara kehidupan dunia serta akhirat, maka dibutuhkan empat karakter penting yang harus dimiliki oleh seorang manusia yaitu pemahaman, semangat ketaatan, ikhlas, dan pendirian yang kokoh.
Islam sendiri mengajarkan keseimbangan dalam hidup, yang mana tidak berlebihan dalam kehidupan dunia, serta tidak berlebihan dalam kehidupan akhirat. Dunia merupakan ladang akhirat, untuk itu bagaimana kita harus bersikap terhadap dunia yang merupakan ladang bagi manusia dalam memperoleh kehidupan di akhirat kelak (islamic-economics.uii.ac.id).
Kembali melihat dalam news.uad.ac.id, H. Aly Aulia, Lc., M. Hum menjelaskan bahwa yang dimaksud karakter paham adalah memahami ilmu agama sebagai penunjang dalam melakukan ibadah, kemudian segala aktivitas yang kita lakukan haruslah dipahami terlebih dahulu, guna mendapatkan tuntunan serta arah tujuan yang jelas.
Semangat ketaatan merupakan motivasi diri dengan tujuan untuk mencapai Ridha Allah SWT. Kemudian keikhlasan dalam setiap proses dalam kehidupan, merupakan wujud dari melakukan segala sesuatu dengan semata-mata karena Allah SWT. Dalam kehidupan yang penuh liku, tentunya membutuhkan keteguhan hati dan kesabaran sehingga dibutuhkan pendirian yang kokoh tersebut.
***
Kecemasan dalam kehidupan dunia (rezeki, jodoh, keluarga, dan lain sebagainya), dapat dikatakan merupakan suatu hal yang wajar dalam proses manusia dalam kehidupannya. Sehingga dibutuhkan semangat, kerja keras, keuletan, serta keyakinan akan pertolongan dari Tuhan.