Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Guru

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Filosofi "Karambia" sebagai Kerangka Sabar dari Buya Ristawardi

9 April 2022   15:12 Diperbarui: 14 April 2022   17:25 11444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filosofi "Karambia" sebagai Kerangka Sabar dari Buya Ristawardi
Ilustrasi proses mengupas kelapa muda menggunakan pisau tajam. (PEXELS/ Any Lane via Kompas)

Setelah santan didapat, kemudian santan dimasukkan ke dalam kuali. Lalu ditambahkan ke dalam santan tersebut semua bahan-bahan mulai dari lado (cabe), sampodeh (laos), lingkueh (lengkuas), daun asam (daun limau/ jeruk), kunyik (kunyit), dan bahan-bahan lainnya termasuk juga akan dimasukkan adalah daging.

Pada tahap ini, kita sudah masuk ke dalam tahap proses pembuatan randang (baca: rendang secara global). Menu yang akan dibuat adalah menu randang dagiang (rendang daging). Makanan yang sangat lezat yang sudah terkenal seantero dunia yang berasal dari Minangkabau (Sumatera Barat).

Sudah begitu kejam penderitaan yang ditanggung oleh kelapa dari mulai dari bentuknya yang masih berupa arai (bunga calon buah) sampai berubah menjadi santan. Ketika masakan tadi sudah matang, manusia akan memberi nama makanan itu adalah rendang daging, bukan rendang kelapa.

Disini yang posisinya sangat beruntung adalah daging. Daging dibersihkan secara baik-baik terlebih dahulu. Dijaga dan disimpan agar terhindar dari kotoran atau debu. Ketika proses memasak rendang tadi, daging dikacau pelan-pelan agar daging tidak hancur.

Sungguh malang nasib kelapa. Padahal kelapa lah yang mengubah keadaan. Daging tadi tidak akan berubah menjadi masakan randang kalau tanpa campur tangan dari kelapa. Kelapa lah yang memiliki kontribusi dan andil yang sangat besar dan luar biasa.

Nah, seperti itulah penderitaan yang dialami kelapa. Tapi kelapa tak pernah sedikitpun mengeluh. Begitu luar biasa kualitas iman yang menjelma menjadi sebuah kesabaran tiada batas. Apakah kita bisa berlaku seperti apa yang dilakukan kelapa?

Apakah ada diantara kita yang mampu mengucapkan Alhamdulillah di setiap kali menerima cobaan atau musibah? Jika kita tak bisa berucap demikian, maka setidaknya ucapkanlah "innalillahi wa innailaihi roji'un".

Dengan mengucapkan lafal innalillahi wa innailaihi roji'un ketika setiap kali kita mendapatkan cobaan atau musibah maka allah akan bersholawat dan membukakan pintu rahmat untuk kita. Kata Allah, "ulaika 'alaihim sholawatum mirrobbihim warrahmah".

Selanjutnya, Allah SWT akan menggiring kita ke jalan petunjuk. Maka setiap manusia yang mengucapkan lafal innalillahi wa innailaihi roji'un ketika mendapatkan musibah, maka insyaallah akan ditempatkan nantinya di tempat yang diridhoi Allah SWT. Karena manusia yang demikian itu pasti akan dibimbing oleh Allah SWT untuk dapat menempuh jalan terjal kehidupan ini.

Demikianlah pesan yang disampaikan oleh Buya Ristawardi Datuak Marajo nan Batungkek Ameh dalam ceramahnya yang begitu luar biasa dan sangat inspiratif sekali. Apa yang disampaikan oleh Buya, begitu sangat relate dan relevan sekali dengan proses hidup manusia dalam lingkup kehidupan di dunia ini.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun