Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I
Menolak "Berani Kotor itu Baik" demi Kontinuitas Kesucian Diri di Hari yang Fitrah
Kesucian dapat diartikan sebagai keadaan yang bebas dari kecacatan atau keburukan. Dalam Islam, "kesucian" berada di level yang lebih tinggi dari "kebersihan".
Sebenarnya tidak ada manusia yang benar-benar suci di dunia ini. Manusia adalah tempatnya salah dan khilaf dengan bergelimang dosa tanpa henti yang tak berkesudahan.
Manusia pada umumnya, termasuk diri saya sendiri memang belum bisa memproklamirkan diri sebagai seseorang yang suci meski sudah berpuasa Ramadhan selama sebulan penuh.Â
Akan tetapi, yang bisa kita upayakan adalah proses untuk pembersihan diri. Harapannya, konsistensi dari proses pembersihan itu berbuah kesucian diri dengan penuh hakiki.
Tapi Allah SWT menjadi Tuhan Yang Maha Penyayang kepada kita ummat sebagai manusia yang hina ini. Dengan memberikan kita kesempatan untuk menyucikan diri selama Ramadhan.
Melalui Ramadhan, pada hakikatnya umat Muslim berusaha untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan mencapai kesucian baik dari segi fisik, hati dan pikiran, maupun spiritual.
Ramadhan menjadi proses yang harus dijalani dengan ikhlas dan belajar memaknai arti dari perintah Allah SWT kepada kita semua untuk menjalankan ibadah puasa layaknya umat-umat terdahulu.
Untuk apa kita berpuasa di bulan Ramadhan? Jawaban, untuk menjadi hamba yang bertaqwa.
Orang yang bertaqwa bisa dibilang adalah orang yang sudah mencapai level kesucian. Karena makna dari bertaqwa adalah menjalankan semua perintah Allah SWT, dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Jadi, kalau selama Ramadhan kita bisa mengontrol diri sebagaimana yang dimaksud dari makna dari kata taqwa. Tapi di luar Ramadhan atau bahkan sehari setelah lebaran malah kembali melanggar perintah Allah SWT maka kita sudah kembali memberikan noda dan kotoran dalam lembar kesucian diri.