Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Guru

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Antara Kerja, Kehidupan, dan Ibadah yang Harus Seimbang di Era Disruptif

23 Maret 2024   00:39 Diperbarui: 25 Maret 2024   08:17 1918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antara Kerja, Kehidupan, dan Ibadah yang Harus Seimbang di Era Disruptif
(Diolah oleh Akbar Pitopang)

Budaya perusahaan yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif. 

Banyak perusahaan kini menyadari pentingnya mendukung karyawan mereka dalam mencapai keseimbangan ini, lalu mengadopsi kebijakan yang fleksibel, cuti, gathering, dan dukungan lainnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Salah satu kebijakan yang semakin populer adalah fleksibilitas waktu kerja terlebih semenjak adanya pandemi Covid-19 yang lalu. Dengan memberikan karyawan kebebasan untuk mengatur jam kerja mereka sendiri.

Opsi bekerja dari rumah, bekerja paruh waktu, atau mengatur jam kerja yang lebih fleksibel, maka perusahaan memungkinkan karyawan untuk lebih mudah menyeimbangkan antara tanggung jawab pekerjaan dan kebutuhan pribadi mereka. 

Ini tidak hanya meningkatkan kepuasan karyawan, tetapi juga meningkatkan produktivitas karena karyawan merasa lebih berdaya, dihargai dan setara.

Selain itu, memberikan cuti yang cukup, termasuk cuti hamil, cuti istri melahirkan, cuti sakit, dan cuti libur, memungkinkan karyawan untuk mengambil waktu yang mereka butuhkan untuk menyegarkan kehidupan pribadi.

Dengan memberikan dukungan ini, perusahaan menunjukkan bahwa mereka menghargai kesejahteraan karyawan mereka dan memahami bahwa karyawan yang bahagia dan sehat adalah karyawan yang lebih produktif dan dapat diandalkan.

Namun, mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan tidak hanya tentang kebijakan perusahaan, tetapi juga tentang nilai-nilai yang diintegrasikan dalam budaya kerja sehari-hari. 

Nilai-nilai keagamaan atau spiritual, seperti etika kerja, integritas, kejujuran, hak untuk menjalankan ibadah, dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan bebas "toksik".

Ketika karyawan merasa bahwa nilai-nilai itu dihargai dan tercermin dalam budaya perusahaan, maka mereka cenderung lebih bersemangat, berdedikasi, dan berkomitmen terhadap kesuksesan tanggung jawab pekerjaan.

Melepas beban dengan "my life"

Mengenali tanda-tanda stres dan burnout merupakan langkah penting dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan ibadah. Stres kronis dan burnout dapat mengancam kesejahteraan fisik, mental, dan emosional seseorang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun