Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Guru

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Antara Kerja, Kehidupan, dan Ibadah yang Harus Seimbang di Era Disruptif

23 Maret 2024   00:39 Diperbarui: 25 Maret 2024   08:17 1952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antara Kerja, Kehidupan, dan Ibadah yang Harus Seimbang di Era Disruptif
(Diolah oleh Akbar Pitopang)

Tidak bisa disangkal bahwa menjaga keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan ibadah adalah kunci untuk hidup yang memuaskan dan bermakna. Ketiganya membentuk fondasi bagi kebahagiaan dan kesuksesan kita. 

Namun, seringkali tantangan besar muncul dalam menyeimbangkan ketiga aspek ini. Kita kerap terjebak dalam berbagai hal atau hanya fokus memprioritaskan satu atau dua aspek saja dan mengabaikan atau mempertaruhkan aspek lainnya.

Keseimbangan bukanlah tentang membagi waktu secara merata di antara ketiga aspek ini. Kadang-kadang, prioritas akan bergeser dan kita mungkin perlu memberikan lebih banyak waktu untuk satu aspek daripada yang lain. Fleksibilitas adalah kunci. 

Nah, izinkan lah diri kita untuk menyesuaikan jadwal sesuai dengan kebutuhan dan perubahan dalam kehidupan Anda.

Mengatur jadwal adalah langkah penting guna menentukan waktu yang jelas untuk setiap aspek hidup ini. 

Sisihkan waktu untuk pekerjaan dengan mengidentifikasi tugas-tugas kunci dan menetapkan batas waktu yang realistis. Selanjutnya, alokasikan waktu yang cukup untuk kehidupan pribadi, termasuk berbagai aktivitas yang membahagiakan dan memperkuat hubungan dengan orang-orang yang kita cintai. Terakhir, jangan lupakan ibadah. Jadwalkan waktu untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan prinsip hidup.

Akan tetapi, mengatur jadwal saja tidaklah cukup. Ketika kita telah mengetahui apa yang paling dibutuhkan dalam tempo waktu tertentu, kita dapat fokus pada hal-hal tersebut. 

Sadarilah bagaimana menghabiskan waktu setiap hari. Hindari godaan untuk terjebak dalam hal-hal yang tidak produktif seperti scrolling media sosial tanpa batas waktu dan tanpa maksud yang jelas. 

Sebaliknya, manfaatkan teknologi untuk membantu mengelola waktu dengan lebih efektif, seperti menggunakan aplikasi alarm atau aplikasi penjadwalan untuk mengingatkan kita akan segala hal penting yang harus dilakukan sesuai porsi.

Dengan mengimplementasikan strategi manajemen waktu yang efektif, kita dapat mencapai keseimbangan yang sehat antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan ibadah. 

Supaya kita dapat menemukan kebahagiaan, kepuasan, dan makna dalam setiap langkah perjalanan hidup ini.

Menciptakan "oasis" di dunia kerja

Budaya perusahaan yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif. 

Banyak perusahaan kini menyadari pentingnya mendukung karyawan mereka dalam mencapai keseimbangan ini, lalu mengadopsi kebijakan yang fleksibel, cuti, gathering, dan dukungan lainnya untuk mencapai tujuan tersebut.

Salah satu kebijakan yang semakin populer adalah fleksibilitas waktu kerja terlebih semenjak adanya pandemi Covid-19 yang lalu. Dengan memberikan karyawan kebebasan untuk mengatur jam kerja mereka sendiri.

Opsi bekerja dari rumah, bekerja paruh waktu, atau mengatur jam kerja yang lebih fleksibel, maka perusahaan memungkinkan karyawan untuk lebih mudah menyeimbangkan antara tanggung jawab pekerjaan dan kebutuhan pribadi mereka. 

Ini tidak hanya meningkatkan kepuasan karyawan, tetapi juga meningkatkan produktivitas karena karyawan merasa lebih berdaya, dihargai dan setara.

Selain itu, memberikan cuti yang cukup, termasuk cuti hamil, cuti istri melahirkan, cuti sakit, dan cuti libur, memungkinkan karyawan untuk mengambil waktu yang mereka butuhkan untuk menyegarkan kehidupan pribadi.

Dengan memberikan dukungan ini, perusahaan menunjukkan bahwa mereka menghargai kesejahteraan karyawan mereka dan memahami bahwa karyawan yang bahagia dan sehat adalah karyawan yang lebih produktif dan dapat diandalkan.

Namun, mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan tidak hanya tentang kebijakan perusahaan, tetapi juga tentang nilai-nilai yang diintegrasikan dalam budaya kerja sehari-hari. 

Nilai-nilai keagamaan atau spiritual, seperti etika kerja, integritas, kejujuran, hak untuk menjalankan ibadah, dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan bebas "toksik".

Ketika karyawan merasa bahwa nilai-nilai itu dihargai dan tercermin dalam budaya perusahaan, maka mereka cenderung lebih bersemangat, berdedikasi, dan berkomitmen terhadap kesuksesan tanggung jawab pekerjaan.

Melepas beban dengan "my life"

Mengenali tanda-tanda stres dan burnout merupakan langkah penting dalam menjaga keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan ibadah. Stres kronis dan burnout dapat mengancam kesejahteraan fisik, mental, dan emosional seseorang. 

Hingga akan mengganggu produktivitas dan kebahagiaan secara keseluruhan. Penting untuk mengambil tindakan preventif dan mengelola stres sebelum menjadi masalah yang sangat berat.

Salah satu cara untuk mengelola stres adalah dengan memberikan waktu istirahat yang cukup. Serta dengan rekreasi dan aktivitas yang memperkuat aspek emosional dan spiritual juga penting. 

Berdasar pengalaman saya ketika bekerja di perusahaan swasta yang masuk dari Senin-Sabtu, sering lembur, dan adanya target bulanan atau tutup buku, membuat saya membutuhkan waktu untuk refreshing. 

Maka setiap hari Ahad, saya akan menggunakannya untuk jalan-jalan atau melakukan me time. Bila saya tidak melakukannya, jiwa seperti memberontak.

Seseorang mungkin menemukan bahwa dengan mengatur jadwal kerja yang fleksibel, mereka dapat menghabiskan waktu yang berkualitas untuk kehidupan pribadi dan tetap memprioritaskan ibadah mereka. 

Kegiatan rekreasi atau spiritual akan memberikan energi positif untuk tetap produktif dalam urusan pekerjaan. Akhirnya memperkuat keseimbangan hidup secara keseluruhan.

Dengan menyadari pentingnya menjaga keseimbangan ini, kita dapat menghindari jatuh ke dalam jerat stres dan burnout.

Peran ibadah menciptakan keseimbangan yang optimal

Praktik keagamaan dan ibadah dapat menjadi elemen penting dalam menciptakan keseimbangan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. 

Meskipun seringkali dianggap sebagai aktivitas yang terpisah dari urusan dunia, praktik ibadah sebenarnya dapat memberikan fondasi yang kokoh untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih harmonis.

Dalam kesibukan dan tekanan pekerjaan, seringkali kita merasa terjebak dalam siklus yang tak berujung. Namun, melalui ibadah dan sikap syukur kepada Allah SWT, kita dapat menemukan momen-momen ketenangan dan refleksi yang sangat dibutuhkan. 

Dengan meluangkan waktu untuk berdoa atau melakukan aktivitas ibadah, kita bisa merasakan kedamaian batin yang membantu kita mengatasi stres dan kecemasan yang terkait dengan pekerjaan atau masalah yang timbul di kehidupan pribadi.

Sebagai contoh, seorang pekerja tetap meluangkan waktu untuk ibadah di tengah-tengah rutinitas kerja yang padat memberikan energi yang dibutuhkan untuk tetap fokus dan produktif. 

Melalui ibadah, dia merasakan kedamaian batin dan kepercayaan bahwa semua akan baik-baik saja. Hal ini membantunya menjaga keseimbangan di dunia kerja.

Ibadah tidak hanya menjadi cara untuk berhubungan dengan yang Allah SWT, tetapi juga menjadi sumber ketenangan, kedamaian, dan perspektif yang sangat dibutuhkan dalam menciptakan keseimbangan untuk meraih kebahagiaan dan kesuksesan yang lebih besar dalam hidup ini.

Tantangan keseimbangan di era digital

Dalam dunia modern yang serba cepat dan terkoneksi secara digital, mencapai keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan, dan ibadah menjadi tantangan yang semakin kompleks. 

Teknologi yang terus berkembang dan tekanan dari kehidupan "masa kini" seringkali membuat kita terjebak dalam siklus kerja dan mengganggu keseimbangan hidup kita.

Salah satu tantangannya adalah pencampuran antara waktu kerja dan waktu pribadi. Ikatan pekerjaan bahkan di luar jam kantor dapat mengganggu waktu istirahat dan mengaburkan batasan antara profesionalitas dan ranah pribadi. 

Untuk menghadapi tantangan ini, penting untuk menetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi. 

Selain itu, tekanan hidup yang semakin berjalan cepat juga dapat mengganggu keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan ibadah. Kehidupan yang sibuk dan padat membuat sulit untuk menyisihkan waktu untuk ibadah dan "healing". 

Jalan keluarnya adalah dengan membuat jadwal yang jelas dan menyediakan waktu untuk ibadah dan aktivitas yang memperkuat aspek emosional dan spiritual. 

Juga, dukungan dari keluarga, teman, sosial/komunitas membantu kita untuk tetap berpegang pada nilai-nilai dan tujuan kita. Temukan waktu untuk berbagi dengan orang-orang yang kita cintai, baik itu melalui makan malam bersama keluarga, berkumpul dengan teman-teman dekat, atau mengikuti kegiatan komunitas seperti pengajian. 

Di tengah tekanan dunia modern dan era digital yang serba cepat, guna mencapai keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan ibadah membutuhkan kesadaran diri, pengaturan batas yang jelas, dan dukungan sosial yang solid. 

Lalu, terciptalah hidup yang lebih seimbang, bermakna, dan memuaskan. Aamiin..

Literasi: 1, 2.
Semoga bermanfaat..

Salam berbagi inspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun