Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Guru

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Cari Tahu Resep Rendang Warisan Keluarga Minang

7 April 2024   00:47 Diperbarui: 7 April 2024   00:50 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cari Tahu Resep Rendang Warisan Keluarga Minang
Resep Rendang Warisan Keluarga Minang. (Foto: Akbar Pitopang)

Jelang datangnya momen penting Hari Raya Idul Fitri, suasana di seluruh Indonesia menjadi semakin ramai dengan kesibukan menyiapkan kuliner khas untuk merayakan momen lebaran. 

Dari Sabang hingga Merauke, setiap daerah memiliki tradisi kuliner yang khas dan beragam, mencerminkan keanekaragaman budaya dan cita rasa yang dimiliki. 

Mulai dari Rendang di Padang, Soto Betawi di Jakarta, hingga Ketupat Sayur di Jawa, tiap hidangan memiliki cerita dan keunikan tersendiri yang membuatnya tak terlupakan dan selalu berkesan.

Setiap keluarga turut aktif dalam mempersiapkan menu-menu istimewa yang menjadi warisan turun-temurun dari generasi ke generasi. 

Resep-resep yang telah diwariskan tersebut tidak hanya menjadi bagian dari budaya dan tradisi kuliner, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan kehangatan keluarga di momen penuh istimewa ini.

Tak jarang, proses memasak atau mempersiapkan menu-menu Lebaran ini sudah dimulai sejak berhari-hari bahkan sepekan sebelum Hari Raya tiba. 

Mulai dari membeli bahan-bahan utama yang segar dan berkualitas hingga menghabiskan waktu berjam-jam di dapur untuk mengolahnya menjadi hidangan lezat yang siap disajikan untuk keluarga dan tamu-tamu yang silaturahmi.

Di balik keramahan dalam memasak resep masakan ini terdapat cerita-cerita manis dan kenangan yang turut menghiasi momen Lebaran. 

Kisah tentang bagaimana nenek memasak rendang dengan racikan bumbu dari resep warisan keluarga, atau bagaimana ibu dengan telaten mengajarkan cara mengolah santan yang kental kepada anak-anaknya, menjadi warisan tak ternilai yang diabadikan dalam setiap hidangan yang disajikan.

Memasak rendang untuk lebaran. (foto Akbar Pitopang)
Memasak rendang untuk lebaran. (foto Akbar Pitopang)

Makna "marandang" bagi keluarga Minang

Dalam keluarga Minang, momen menyambut Hari Raya adalah saat yang paling ditunggu-tunggu, dimana tradisi kuliner dan budaya Minangkabau bersinar karena keotentikannya. 

Rendang, dengan segala kelezatannya menjadi bintang utama yang tak tergantikan dalam hidangan lebaran setiap tahunnya. 

Tiap-tiap keluarga Minang dengan bangga "marandang" (memasak rendang) menggunakan resep warisan keluarga masing-masing. Namun tetap dalam keaslian rendang Minang.

Dalam tradisi kuliner Minangkabau, tidak ada rahasia dalam resep-resep tersebut. Namun, keunikan terletak pada proses memasaknya. 

Setiap keluarga memiliki cara tersendiri yang membuat rendang mereka memiliki cita rasa dan karakteristik yang berbeda-beda. 

Beberapa mungkin menggunakan lebih banyak santan, sementara yang lain lebih memilih menggunakan tambahan rempah-rempah tertentu dengan takaran yang pas. 

Hal ini menjadikan setiap hidangan rendang memiliki cerita dan kenangan tersendiri yang melekat erat dengan sejarah keluarga. 

Saat mencicipi rendang di rumah-rumah keluarga Minang, tidak hanya lidah yang dimanjakan oleh cita rasa yang lezat, tetapi juga oleh kehangatan dan kebersamaan yang terasa dalam setiap gigitannya.

Proses memasak rendang yang diwariskan keluarga. (foto Akbar Pitopang)
Proses memasak rendang yang diwariskan keluarga. (foto Akbar Pitopang)

Resep rendang ala keluarga saya

Untuk membuat rendang yang benar-benar lezat, persiapan yang matang sangatlah penting. Salah satu kunci utama adalah pemilihan bahan-bahan yang berkualitas. 

Daging segar merupakan keharusan, dimana kemampuan untuk memilih daging yang tepat adalah keterampilan yang sangat diperlukan. Tekstur, warna, dan aroma daging adalah petunjuk untuk mengetahui daging yang layak untuk dimasak.

Selanjutnya, santan yang digunakan haruslah berkualitas tinggi. Diolah dari kelapa matang secara tradisional. Penggunaan santan asli memberikan cita rasa khas pada rendang. 

Tidak ketinggalan, rempah-rempah yang segar dan berkualitas juga tak boleh terlewatkan. Kehadiran rempah-rempah yang pas akan memperkaya cita rasa rendang.

Nah, dalam proses memasak rendang juga memiliki ritme tersendiri. Penggunaan tungku kayu menjadi suatu keharusan, karena memberikan pengaruh yang signifikan pada cita rasa akhir rendang. 

Keahlian dalam mengatur api menjadi kunci sukses, dimana memasak rendang harus dengan kemampuan untuk menyesuaikan api sesuai dengan tahapan setiap proses memasak. Saat memasak, menggunakan api yang tepat sangatlah vital. 

Lalu, aduk terus-menerus diperlukan agar bahan-bahan dapat menyatu dengan sempurna. Ketelatenan dalam memasak rendang juga tercermin dalam tahap memasukkan potongan daging, dimana penggunaan api yang tidak terlalu besar dan pengamatan terhadap keadaan daging sangatlah penting.

Setelah melewati berbagai tahapan, rendang hampir jadi. Namun, tahap ini tidak boleh disepelekan. 

Rendang dalam bentuk semi-berminyak atau kalio merupakan tahap penting sebelum dipindahkan ke wadah penyimpanan. Biasanya sampai tahap kalio atau belum menjadi rendang yang kering. Karena nantinya rendang akan kembali dihangatkan hingga berubah menjadi rendang yang semakin kecoklatan hingga hampir kehitaman.

Setelah dingin, rendang siap dinikmati bersama keluarga saat lebaran atau bahkan dibagikan kepada kerabat dan tetangga terdekat sebagai bagian dari kebahagiaan dalam merayakan Hari Raya.

Proses akhir dari memasak rendang. (foto Akbar Pitopang)
Proses akhir dari memasak rendang. (foto Akbar Pitopang)

**
Momen menyambut Hari Raya bagi keluarga Minang bukan sekadar tentang menyantap hidangan lezat, tetapi juga tentang memelihara tradisi kuliner dari nenek moyang dan resep warisan keluarga. 

Melalui proses memasak dan menikmati rendang bersama-sama, generasi muda diajak untuk menghargai serta melestarikan nilai-nilai budaya yang kaya dan berharga ini. Sehingga kelezatan rendang bukan hanya terasa di lidah, tetapi juga tentang kebersamaan dan kehangatan di antara anggota keluarga. 

Dalam setiap jejak langkah keluarga Minang dalam merayakan kebersamaan dan kebahagiaan di setiap Hari Raya.

Saat bersama-sama di meja makan sambil menyantap rendang dari resep lebaran warisan keluarga, cerita-cerita lama pun kembali mengalir diiringi tawa dan senyum yang menghangatkan hati. 

Inilah nuansa sejati dari momen lebaran, dimana kuliner rendang dengan citarasa yang mengikat erat hubungan antarmanusia, mempersatukan, dan menyebarkan kebahagiaan kepada setiap keluarga Minang dimanapun berada.

*****
Salam berbagi inspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun