Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Guru

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Refleksi Guru untuk "Bertobat" dan Memanusiakan Manusia dalam Film Budi Pekerti

1 April 2024   15:46 Diperbarui: 1 April 2024   15:50 1408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Refleksi Guru untuk "Bertobat" dan Memanusiakan Manusia dalam Film Budi Pekerti
Bu Prani (Ine Febriyanti) merupakan seorang guru dalam film Budi Pekerti. (Sumber foto: Rekata Studio)

Menurut saya, film ini juga untuk menjawab tantangan dunia modern serta untuk menjawab fenomena yang hingga saat ini kerap terjadi dalam ekosistem media sosial di negeri ini. 

Bahwasanya sudah banyak yang hanya berprinsip "demi konten" sehingga dapat menciptakan malapetaka atau bumerang yang ternyata dampaknya sangat besar.

Guru juga manusia, tetap punya kesalahan

Di dalam dunia pendidikan, guru sering kali dianggap sebagai pilar utama yang harus selalu memberikan teladan yang baik bagi murid-muridnya. Namun, terlepas dari image yang sempurna itu, kenyataannya guru juga manusia biasa yang rentan melakukan kesalahan. 

Guru seringkali harus berhadapan dengan tekanan dan tantangan yang kompleks di dalam ruang kelas. Salah satu contohnya adalah Bu Prani, seorang pendidik yang mengadopsi metode hukuman "refleksi" untuk murid-muridnya yang melanggar peraturan.

Pada awalnya, pendekatan ini disambut hangat oleh berbagai pihak, termasuk wali murid dan alumni yang melihatnya sebagai solusi efektif dalam menangani perilaku buruk di sekolah. 

Namun, seiring berjalannya waktu, dampak negatif dari metode ini mulai terkuak ke permukaan. Publik dengan cepat merespons, mengecam tindakan Bu Prani, yang sebelumnya dipuji.

Namun demikian, penting untuk diingat bahwa guru juga manusia yang memiliki keterbatasan, guru tidak luput dari kesalahan. Sebagai agen perubahan di ruang kelas, guru kadang-kadang harus menghadapi situasi yang sulit. 

Sikap kritis dari publik terhadap Bu Prani menunjukkan pentingnya penilaian yang objektif dalam mengelola pendidikan. Bagaimanapun, sebuah kesalahan tidak seharusnya menghapuskan semua dedikasi dan prestasi yang telah dibangun oleh seorang guru selama bertahun-tahun.

Kisah Bu Prani mengingatkan kita bahwa dalam dunia pendidikan, perjalanan menuju kesempurnaan adalah proses yang panjang dan penuh liku-liku. 

Tidak ada seorang pun manusia maupun guru yang benar-benar sempurna. Dan setiap kesalahan adalah kesempatan bagi guru untuk belajar dan berkembang. 

Refleksi guru untuk tidak selalu merasa paling benar

Ketika metode pengajaran yang dianggap efektif menjadi kontroversial, itu mencerminkan pentingnya refleksi dan penyesuaian dalam dunia pendidikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun