Akmaluddin
Akmaluddin Dosen

Tertarik pada isu-isu bahasa, literasi, pendidikan dll.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Merajut Asa di Bulan Puasa

27 April 2020   15:41 Diperbarui: 27 April 2020   15:41 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merajut Asa di Bulan Puasa
foto sumber: kompas.com 

Antara Ramadhan 1441 H/2020 M dan Ramadhan sebelumnya beda situasi tapi tidak kehilangan esensi

Ramadhan 1441 H/2020 M ini adalah Ramadhan yang nuansanya sangat berbeda jika dibandingkan dengan Ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya. 

Ramadhan tahun-tahun lalu kita masih menyaksikan antusiasme yang begitu menggelora dari umat muslim menjalankan salat tarawih di masjid dan musala. Namun, kali ini pemandangan yang kita saksikan sangat berbeda. Ramadhan kali ini umat muslim harus menahan semangat itu sebab mereka harus beribadah di rumah. 

Pemandangan yang sama juga bisa kita saksikan di tempat lain, toko-toko pakaian misalnya. Tidak seperti biasanya memasuki ramadhan masih ada toko pakaian yang tidak beroperasi. 

Padahal Ramadhan adalah harapan besar bagi pengusaha pakaian untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda karena ada kecenderungan konsumerisme masyarakat meningkat pada bulan ini entah untuk pemakaian sendiri entah alasan ingin berbagi ke sanak keluarga. 

Kita maklumi bersama bahwa semua ini terjadi karena dunia sedang dilanda dengan pandemi Covid-19. Wabah ini berdampak pada berbagai lini kehidupan. Meski demikian, Ramadhan bagi kita tetaplah bulan penuh kemuliaan, keberkahan, dan ampunan yang semua keistimewaan ini bisa kita dapat meski harus beribadah di rumah.

Merajut asa di bulan puasa

Dalam kondisi sulit dan tidak menentu seperti yang kita alami saat ini, hal penting yang perlu kita rawat adalah semangat, solidaritas, saling menguatkan dan memberdayakan baik moral maupun material. 

Kita harus meyakini bahwa segala bentuk ujian yang kita hadapi saat ini pasti ada akhirnya. Psikologi kita menghadapi cobaan ini tidak boleh lemah yang pada akhirnya menggerogoti imunitas fisik kita. 

Untuk itu, kita harus tetap punya harapan terlebih di bulan puasa. Harapan inilah yang akan menggugah motivasi kita untuk mencapainya. 

Jika kita tidak punya harapan, lantas apa yang akan kita kejar? Itulah kata para motivator. Harapan, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga bangsa harus tetap kita perdengarkan. Sebab harapan akan melahirkan tindakan dan tindakan akan berkamuflase menjadi karya nyata.

Lalu, apa harapan kita untuk Ramadhan 1441 H/2020 M?

Ada ungkapan yang populer kita dengar yaitu 

hari ini harus lebih baik dari hari kemarin sebab itulah tandanya orang beruntung, hari ini jangan sampai sama dengan hari kemarin sebab itulah tandanya orang merugi, dan hari ini jangan sampai lebih buruk dari hari esok sebab itulah tandanya orang celaka. 

Atas dasar itu, Ramadhan kita tahun ini haruslah lebih baik dari Ramdhan tahun-tahun lalu meski saat ini kita sedang dilanda wabah Covid-19. Mewabahnya pandemi Covid-19 yang kita rasakan saat ini meski pada satu sisi telah berimpilkasi pada tidak stabilnya berbagai lini kehidupan kita, namun pada sisi yang lain mengajak kita mengambil hikmah. 

Anjuran belajar, beribadah, dan bekerja dari rumah secara teknis memberikan peluang waktu yang lebih banyak untuk berinteraksi dengan keuarga. 

Secara pribadi, pada Ramadhan kali ini penulis berharap lebih dekat dengan keluarga sehingga bisa membersamai dan memberikan teladan yang lebih banyak kepada anggota keluarga. Kedekatan antaranggota keluarga akan semakin menguatkan ketahanan keluarga. Keluarga yang kuat akan membentuk masyarkat yang kuat dan pada akhirnya masyarkat yang kuat akan membentuk bangsa yang kuat.

Dalam konteks kehidupan berbangsa, pandemi Covid-19 ini berimplikasi pada berbagai bidang misalnya politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Seluruh elemen bangsa tentu merasakan dampak ini sehingga wajar pandemi ini kemudian ditetapkan sebagai bencana non-alam nasional. 

Penulis yakin bahwa semua kita, penulis dan pembaca pasti merasa bahwa ini adalah masalah kita bersama sehingga perlu sinergi antara kebijakan pemerintah dan partisipasi masyarakat. Upaya-upaya pencegahan untuk meminimalisasi dampak harus dilakukan secara simultan antara pemerintah dan masyarakat. 

Untuk itu, penulis berharap pada Ramadhan ini, bulan ketika semua doa terkabul, kita bermunajat agar bangsa ini bisa menjalani masa-masa kritis penyebaran pandemi ini sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara kita bisa berjalan lebih baik. 

Ujian yang dihadapi bangsa ini semoga bisa dijadikan sebagai ibroh dalam pelayanan yang berkeadilan, menyentuh segenap lapisan masyarakat sehingga kehadiran negara dalam menyelesaikan persoalan masyarakat dapat dirasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun