RAMADAN

Substansi Idul Fitri

8 April 2024   14:01 Diperbarui: 8 April 2024   14:09 863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Substansi Idul Fitri
Foto: Subhan MUI Proklamasi 

Substansi IdulFitri

Oleh :Subhan Alba Bisyri.
Jkt: 08.04.24.

Dan hendaklah kamu melunasi bilangan (hari Ramadhan), dan hendaklah kamu bertakbir (mengagungkan Alloh) atas segala petunjukNya yang diberikan kepadamu , supaya kalian bersyukur ( QS Al-Baqarah 185).

Esensi IdulFitri. apakah tasyakuran merayakan kemenangan karena selesai puasa selama satu bulan? (Pra IdulFitri), atau hari diperbolehkan Makan dan minum bahkan diharamkan puasa pada hari itu ( saat Idul Fitri). Ataukah dimulainya tranformasi nilai nilai  Ramadhan pada 11 bulan selain Ramadhan ? ( Pasca Idul Fitri) , berikut kita kupas tuntas berkenaan dengan esensi Idul Fitri.

Idul Fitri, juga dikenal sebagai Hari Raya Lebaran, adalah momen yang sangat berarti bagi umat Islam di seluruh dunia. Mari kita bedah Idul Fitri berdasarkan Al-Qur'an dan hadits: Pertama. Keutamaan Idul Fitri dalam Hadis Rasulullah:

"Orang yang melaksanakan shalat Idul Fitri akan mendapatkan ,ampunan dari Allah Swt". Rasulullah bersabda: "Ketika kalian semua melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan kemudian keluar untuk melaksanakan shalat Idul Fitri, maka Allah berfirman: 'Wahai Malaikat-Ku, setiap yang telah bekerja akan mendapatkan upahnya, dan hamba-hamba-Ku yang telah melaksanakan puasa Ramadhan dan keluar rumah untuk melakukan shalat Idul Fitri, serta memohon upah (dari ibadah) mereka, maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah memaafkan mereka.

Kemudian ada yang berseru, 'Wahai umat Muhammad! Kembalilah ke rumah-rumah kalian, aku telah menggantikan keburukan kalian dengan kebaikan.' Maka Allah Swt berfirman: 'Wahai hamba-hamba-Ku, kalian berpuasa untukku dan berbuka untukku, maka tegaklah kalian dengan mendapatkan ampunan-Ku terhadap kalian.'" (HR. Ibnu Mas'ud) .

Idul Fitri bukan hanya tentang pakaian baru, tetapi lebih pada "ampunan dan perubahan baik". Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar al-Bujairami menyatakan bahwa esensi Idul Fitri bukan sekadar tentang pakaian baru, melainkan tentang "taat dan ampunan". Allah Swt memberikan tiga hari raya di dunia untuk orang-orang yang beriman, termasuk Idul Fitri, setelah sempurnanya ibadah dan ketaatan mereka .

Kedua. Makna Idul Fitri Menurut Al-Qur'an. Surat Yunus ayat 58 menyebutkan bahwa Idul Fitri adalah hari ketika umat Muslim di seluruh dunia berbahagia dan bergembira karena Allah. Mereka telah berhasil menyempurnakan ibadah dan memperoleh pahala puasa .

Beberapa memaknai Idul Fitri sebagai "simbol kembalinya ke kesucian", mencerminkan pembebasan diri dari dosa, kesalahan, dan keburukan. Ini adalah momen untuk kembali kepada keadaan yang suci .

Ketiga. "Sejarah dan Keutamaan Idul Fitri". Sejarah Idul Fitri terkait dengan peristiwa perang Badar dan hari raya masyarakat jahiliyah. Ini adalah momen untuk merayakan kesempurnaan ibadah dan "menggantikan keburukan dengan kebaikan".

Epistemologi IdulFitri. Epistemologi merupakan cabang ilmu filsafat yang mempelajari "proses memperoleh pengetahuan". Meskipun istilah ini tidak secara khusus terkait dengan "Idul Fitri", kita dapat merenung tentang makna dan pemahaman yang terkait dengan momen ini berdasarkan "epistemologi".

Pertama. Pengetahuan tentang Idul Fitri. Idul Fitri Sumber Pengetahuan: Pengetahuan tentang Idul Fitri dapat diperoleh dari berbagai sumber, termasuk Al-Qur'an, hadis, dan tradisi umat Islam.

Proses Memperoleh Pengetahuan: Umat Islam memperoleh pengetahuan tentang Idul Fitri melalui "belajar", "pengalaman", dan "refleksi". Ini melibatkan pemahaman tentang makna, sejarah, dan praktik yang terkait dengan momen ini.

Ketiga. Makna Idul Fitri dalam Epistemologi: Pemahaman. Epistemologi mengajarkan kita untuk memahami makna Idul Fitri secara mendalam. Ini melibatkan "analisis teks" Al-Qur'an dan hadis yang membahas momen ini.
 Konteks: Epistemologi juga mengajarkan kita untuk memahami Idul Fitri dalam "konteks budaya", "sejarah", dan "spiritualitas". Ini membantu kita menggali lebih dalam tentang makna dan tujuan di balik perayaan ini.

Keempat. Refleksi dan Pertimbangan: Epistemologi mengajarkan pentingnya "refleksi" dan "pertimbangan kritis". Saat merayakan Idul Fitri, kita dapat merenung tentang "transformasi pribadi", "pengampunan", dan "perubahan positif" yang ingin kita capai.

Dalam konteks epistemologi, Idul Fitri adalah momen untuk "memperdalam pengetahuan kita tentang agama", "menggali makna", dan "menghubungkan diri dengan spiritualitas". Semoga momen Idul Fitri membawa kedamaian dan keberkahan bagi kita semua.

Aksiologi Idul Fitri, juga dikenal sebagai "Hari mudik", memiliki makna yang dalam dan penting dalam Islam. Mari kita eksplorasi aksiologi (nilai-nilai moral dan etika) yang terkait dengan Idul Fitri:

Pertama. Makna Kemenangan dan Pengampunan. Idul Fitri merupakan momen kemenangan bagi umat Islam yang telah berpuasa selama satu bulan penuh. Mereka menahan diri dari makan dan minum serta menjauhi perbuatan yang dapat merusak pahala puasa Ramadhan. Shalat Idul Fitri adalah ungkapan syukur atas selesainya ibadah puasa. Dalam momen ini, Allah mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang telah berusaha menjalankan ibadah dengan baik .

Kedua. Sejarah dan Filosofi Tradisi Idul Fitri. Sejarah Idul Fitri terkait dengan dua peristiwa: "perang Badar" dan "hari raya masyarakat jahiliyah". Akan saya sampaikan dengan metode beberapa tahapan fase. Fase Pertama, Idul Fitri dirayakan pada tahun ke-2 Hijriah setelah kemenangan kaum Muslimin dalam perang Badar. Ini menggambarkan kemenangan atas diri sendiri yang telah berpuasa dan kemenangan dalam perang.

Fase Kedua, sebelum Islam, masyarakat Arab jahiliyah merayakan dua hari raya dengan meriah. Rasulullah mengganti tradisi ini dengan Idul Fitri dan Idul Adha yang lebih baik .

Ketiga. Akulturasi Budaya dan Nilai-nilai: Tradisi Idul Fitri di Indonesia merupakan akulturasi budaya Jawa dan Islam. Para ulama menggabungkan kedua budaya ini untuk menjaga kerukunan dan kesejahteraan masyarakat.

Nilai-nilai seperti "memperoleh ampunan", "memperbaiki diri", dan "memaafkan" menjadi bagian penting dari Idul Fitri .

Semoga momen Idul Fitri membawa kedamaian, kebahagiaan, dan perubahan positif bagi kita semua.

Aksiologi Idul Fitri. IdulFitri juga dikenal sebagai Hari Raya Silaturahmi, memiliki makna yang dalam dan penting dalam Islam. Mari kita eksplorasi aksiologi (nilai-nilai moral dan etika) yang terkait dengan Idul Fitri:

Pertama. Makna Kemenangan dan Pengampunan: Idul Fitri merupakan momen kemenangan bagi umat Islam yang telah berpuasa selama satu bulan penuh. Mereka menahan diri dari makan dan minum serta menjauhi perbuatan yang dapat merusak pahala puasa Ramadhan.

Shalat Idul Fitri adalah ungkapan syukur atas selesainya ibadah puasa. Dalam momen ini, Allah mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang telah berusaha menjalankan ibadah dengan baik .

Nilai-nilai Moral Idul Fitri. memiliki makna yang mendalam dan mengandung nilai-nilai moral yang relevan dengan "prinsip-prinsip Pancasila" dan "ajaran Islam". Mari kita eksplorasi beberapa nilai-nilai ini:

Pertama. Kesabaran dan Ketekunan. Selama bulan Ramadan, umat Muslim menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas yang dilarang dari fajar hingga senja. Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga menguji "kesabaran" dan "keteguhan hati". Saat tiba hari kemenangan Idul Fitri, perayaan tersebut bukan hanya tentang kegembiraan, tetapi juga tentang "refleksi mendalam" akan perjalanan spiritual yang telah dilalui.

Kedua. "Syukur dan Kemenangan. Idul Fitri menandai kemenangan besar setelah menjalani ibadah puasa Ramadan. Ini adalah momen untuk "bersyukur" kepada Allah SWT atas nikmat dan kemenangan tersebut. Makna syukur ini sejalan dengan prinsip "Ketuhanan Yang Maha Esa" dalam Pancasila.

Ketiga. Persaudaraan dan Solidaritas. Idul Fitri juga menjadi momentum untuk memperkuat "tali persaudaraan", "solidaritas", dan "kasih sayang" sesama umat manusia. Berbagi kebahagiaan dan keberkahan kepada yang membutuhkan, memberikan zakat fitrah, berkunjung ke keluarga dan sahabat, serta bermaafan adalah wujud nyata dari nilai-nilai persatuan, tolong-menolong, dan empati dalam Islam.

Keempat. Kesucian dan Kemanusiaan. Idul Fitri mengandung makna filosofis sebagai "kembalinya nilai-nilai kemanusiaan" dan "kesucian" dalam sanubari seorang Muslim.

Ini bukan sekadar merayakan kemenangan pribadi, tetapi juga menjadi wadah untuk mengekspresikan rasa syukur, pembelajaran, dan perenungan.

Dalam kerangka nilai-nilai Pancasila, Idul Fitri mengajarkan kita tentang "kebersamaan", "keadilan", "persatuan", dan "tolong-menolong". Semoga momen Idul Fitri membawa kedamaian dan keberkahan bagi kita semua.

Idul Fitri itu terasa sangat nikmat, bila merasakan bertnya puasa sebulan penuh. Tapi kalau tidak puasa? Mungkin hanya senang karena melihat orang lain senang.

Beli kurma sambil lari ,
Lari pergi menghindari duri.

Alhamdulillah puasa lunas 30 hari
Lebaran terasa nikmat sekali.

Untuk solusi ikut sumbang saran,

Sumbang saran agar terasa.

Inginnya ikut gembira lebaran,

Malu doong, Padahal tidak ikut puasa.

( Subhan Alba Bisyri. Jkt. 08.04.24)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun