Seorang Pemuda kampung yang memiliki mimpi besar, mencoba lakukan hal terbaik dalam ruang ruang kebermanfaatan
Terangkahku di Tengah Kegelapan: Cerita Mengharukan Masa Kecil di Bulan Ramadan
Hari itu adalah hari pertama puasa di bulan Ramadan, dan aku dan saudara-saudaraku merasa sangat antusias. Kami sudah bersiap-siap sejak pagi, dan bahkan sudah membuat jadwal untuk kegiatan selama bulan puasa.
"Sudah siap untuk berpuasa?" tanya ibuku saat kami semua berkumpul di ruang tamu.
"Sudah, bu," jawab kami serentak.
"Bagus. Jangan lupa untuk selalu berbuka puasa pada waktunya ya," kata ibuku dengan senyum ramah.
Kami semua tersenyum dan saling memberikan dukungan satu sama lain. Aku dan kakakku, Sarah, yang saat itu berusia 12 tahun, merasa sangat antusias untuk menjalani bulan puasa dengan penuh semangat.
"Sudah ada rencana untuk kegiatan puasa kita?" tanyaku pada Sarah.
"Iya, aku udah bikin jadwal kegiatan kita. Ada kegiatan menghafal Al-Quran, baca buku, dan bahkan rencana untuk berbuka puasa di restoran baru yang buka di dekat rumah," jawab Sarah dengan semangat.
"Wow, keren banget! Aku jadi semakin antusias buat puasa," ujarku dengan senyum lebar.
Namun, tak lama setelah itu, kegiatan puasa kami menjadi sedikit terganggu karena adanya suara keributan di depan rumah kami. Ketika kami keluar untuk melihat apa yang terjadi, kami melihat sekelompok anak kecil yang sedang bermain petasan di depan rumah kami.
"Aduh, gara-gara mereka jadi ribut. Gak bisa fokus puasa nih," ujar Sarah dengan sedikit kesal.
"Aku akan bicara dengan mereka," kata ayah kami saat ia keluar ke depan rumah.