Puasa dan Upaya Mengatasi Bullying
Selamat datang di bulan Ramadhan, bulan yang penuh dengan kebahagiaan dan keberkahan. Di saat sedang menunaikan ibadah puasa, kita juga dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks di tengah-tengah masyarakat. Satu di antaranya adalah maraknya kasus bullying yang semakin meresahkan. Namun tidak perlu berkecil hati, karena bulan suci Ramadhan memberikan kesempatan luas bagi kita untuk memperkuat kesalehan sosial dan spiritual.
Di dalam menghadapi krisis akhlak yang sedang kita hadapi saat ini, perlu disadari bahwa tidak hanya perilaku individu yang perlu diperbaiki, tetapi juga struktur sosial dan budaya kita yang mendukung pembentukan karakter dan nilai pada generasi kita. Salah satu contohnya adalah maraknya kasus bullying yang terjadi di masyarakat bahkan juga di sekolah-sekolah.
Menurut data statistik, kasus bullying mengalami peningkatan yang signifikan, setidaknya mencapai 30 kejadian pada awal tahun 2024 ini. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 21 kasus. Menurut Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), sebanyak 80 persen kasus bullying terjadi di sekolah yang dinaungi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), sedangkan sisanya terjadi di sekolah yang dinaungi oleh Kementerian Agama. Sebagai guru madrasah masih bisa merasa lega membaca statistik ini. Namun mengingat betapa menghawatirkannya perilaku bullying, hal itu tetap harus diwaspadai dan tidak perlu menunggu hingga membesar angka kasusnya.
Krisis akhlak yang ditandai dengan maraknya kasus bullying di sekolah merupakan suatu masalah sosial yang harus mendapatkan perhatian serius dari seluruh elemen masyarakat. Bulan Ramadhan merupakan waktu yang tepat untuk menyadari pentingnya perubahan akan hal ini.
Selama bulan Ramadhan, solidaritas sosial dan kedamaian spiritual menjadi fokus utama kita. Dalam berpuasa, kita belajar untuk menahan lapar dan menahan nafsu. Hal ini mengajarkan kita untuk memiliki empati yang lebih besar terhadap orang lain, terutama yang kurang beruntung. Melalui puasa, kita belajar untuk menjadi lebih pengertian, toleran. disiplin diri, kendali emosi, dan meningkatkan kesadaran sosial. Hal ini dapat menjadi pondasi yang kuat dalam membentuk karakter yang baik dan mengurangi konflik di antara sesama Semua ini adalah aspek-aspek penting dalam pencegahan bullying.
Bulan Ramadhan juga memberikan kesempatan bagi kita untuk merenung dan introspeksi diri. Kita dapat mengkaji kembali nilai-nilai agama yang diajarkan kepada kita dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita juga dapat memperbaiki sikap dan perilaku kita sendiri agar lebih baik dan tidak menjadi penyebab bullying bagi orang lain.
Selain itu, bulan Ramadhan juga merupakan waktu yang tepat untuk memberikan pendidikan dan pemahaman kepada generasi muda tentang pentingnya menghormati dan mendukung satu sama lain. Sekolah-sekolah dapat melibatkan guru-guru dan tenaga kependidikan untuk mengadakan program-program anti-bullying. Melalui edukasi dan pelatihan, kita dapat melahirkan generasi yang lebih baik dan lebih peka terhadap perlunya menghormati perbedaan.
Tidak hanya itu, bulan Ramadhan juga dapat menjadi momentum bagi kita untuk mempererat tali persaudaraan dan kebersamaan. Kita dapat mengajak saudara-saudara kita yang mungkin mengalami kesulitan secara sosial dan ekonomi untuk berbuka bersama, sehingga mereka merasakan kehangatan dan perhatian dari masyarakat. Dengan cara ini, kita dapat memberikan dukungan dan perlindungan bagi mereka yang rentan menjadi korban bullying.
Selama bulan Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk melakukan ibadah dengan maksimal, termasuk salat tarawih dan membaca Al-Qur'an. Aktivitas ini tidak hanya meningkatkan kedekatan dengan Allah, tetapi juga menguatkan hubungan antara individu dengan sesama. Dalam konteks pencegahan bullying, kegiatan keagamaan ini dapat membantu siswa membangun hubungan yang baik dan saling mendukung satu sama lain.
Bulan Ramadhan menciptakan suasana harmoni dan kerukunan antar umat beragama. Selama bulan ini, umat Islam berusaha menjaga kerukunan dengan tidak memperlihatkan sikap yang provokatif atau berlebihan. Suasana seperti ini dapat diadopsi dalam lingkungan sekolah untuk mencegah tindakan bullying. Dengan menciptakan suasana yang ramah dan saling menghormati, siswa akan merasa nyaman dan aman, dan tindakan bullying akan dapat diminimalisir.
Tentu saja, dalam mengatasi kasus bullying, tidak hanya melibatkan siswa dan guru di sekolah. Peran orang tua dan masyarakat juga sangat penting. Orang tua perlu memberikan pendidikan yang baik dan mengajarkan anak-anak tentang nilai-nilai moral dan keadilan. Masyarakat juga perlu ikut serta dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi setiap individu.