Mudik ke Pelosok Desa, Muhlis Menjelma Jadi Ninja Hatori
Kampung halamannya berada nun jauh di pelosok Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Tepat di sebelahnya merupakan Kecamatan Sinjai Barat, Kabupaten Sinjai.
Untuk menjaga kondisi motornya, Muhlis menyiapkan bekal untuk sang isteri bekerjanya itu terutama kunci-kunci dan peralatan darurat pemeliharaan kendaraan. Pasalnya saat memasuki wilayah desanya, kondisi jalan tidak semulus di kota dengan aspal hotmix.
Malah hampir seluruhnya masih berupa jalan tanah yang memaksa keterampilan berkendara ekstra bagi Muhlis dan pengendara lainnya. Berulang kali harus turun dari kendaraan karena kendaraan roda dua miliknya terhempas licinnya tanah kecokelatan akibat musim hujan dan embun yang senantiasa menerpa kawasan di dataran tinggi sekitar Gunung Bawakaraeng itu.
Bekal lain yang tak kalah pentingnya menurut Muhlis adalah air minum dan makanan pengganjal perut yang kira-kira efektif dibawa, tapi tidak menjadikan beban tas ransel terlalu berat saat dipasangkan di punggung.
Beda halnya selama perjalanan masih di sekitar wilayah kota. Sebut saja dari Jeneponto menuju wilayah perkotaan Kabupaten Takalar dan Kabupaten Gowa. masih bisa ditemui sejumlah pedagang di sepanjang jalan.
Begitu pun Pos Pelayanan yang didirikan pihak kepolisian dalam rangka Operasi Ketupat menjelang lebaran. Muhlis kerap memilih singgah di pos-pos sepertk ini.
"Mumpung masih dikota kenapa tidak singgah saja meregangkan kaki, tangan dan badan. Kalau sudah lewat ini, yang ada tinggal hutan, sungai, lembah dan gunung", ungkap Muhlis sembari tersenyum haru.
Beruntung katanya karena di Malino yang terkenal sebagai destinasi wisata masih bisa ditemui pos serupa di kota. Sekedar diketahui Malino masuk rute yang dilalui Muhlis dalam perjalanan bolak balik dari dan menuju desa tempat tinggalnya.
"Saya ini kalau Mudik tak ubahnya Ninja Hatori. Mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera, bersama Muhlis bertualang", ucapnya menyadur lirik lagu Original SoundTrack film kartun Ninja Hatori.
Satu hal yang menyenangkan menurutnya sekaligus pembeda mencolok antara kisah Mudiknya dengan Mudik bagi warga Pulau Jawa dan sebagainya, dia tidak memerlukan tiket ataupun pembayaran lain yang membutuhkan waktu panjang karena antrian yang begitu panjang pula.
Hanya bermodal roda dua yang dia sebut sepeda motor, ditambah tas ransel berisi peralatan dan kebutuhan di perjalanan. Lalu sedikit biaya di jalan, yang besar katanya justru uang lebaran alias THR mesti dibawa serta secara tunai karena di tempat asalnya belum tersedia fasilitas seperti ATM dan semacamnya.