Amidi
Amidi Dosen

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Tidak Semua Pedagang Merasa Bahagia dengan Membludaknya Pasar!

9 April 2024   08:38 Diperbarui: 14 April 2024   15:02 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidak Semua Pedagang Merasa Bahagia dengan Membludaknya Pasar!
ilustrasi: Pasar yang ramai. (Sumber: ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA via kompas.com) 

Bila dicermati, banyak faktor yang menyebabkan konsumen dominan memburu bahan  pangan ketimbang kebutuhan pokok lain, seperti pakaian tersebut.

Dampak pandemi beberapa tahun yang lalu, ternyata masih dirasakan sebagaian masyarakat negeri ini, mereka pada saat pandemi usahanya/bisnisnya colaps, kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), dan beberapa penyebab lain sehingga pendapatan mereka turun bahkan tidak mempunyai pendapatan lagi, bergantung kepada pihak lain.

Belum lagi bagi mereka yang masih bisa bertahan mengahadapi badai pandemi tersebut, yang juga merasakan pendapatan mereka turun, karena terus meningkatnya/naiknya harga-harga barang dan jasa.

Kenaikan harga-harga barang dan jasa tersebut lebih terasa lagi sebulan sebelum memasuki bulan Ramadhan ini, dengan adanya kenaikan harga-harga tersebut sehingga secara riil pendapatan mereka turun.

Memang bagi mereka yang memperoleh Tujangan Hari Raya (THR), idealnya dapat berbelanja ini dan itu.

Namun perlu diingat bahwa THR yang mereka peroleh tersebut tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, tetapi mereka juga akan membagi THR tersebut kepada tanggungannya (rata-rata minimal dua sampai tiga orang) dan keluarganya yang lain. 

Sehingga THR yang diperoleh pun terkadang tidak banyak dampaknya terhadap peningkatan daya beli. Apalagi THR yang merek terima tidak sesuai dengan ketentuan yang digariskan oleh pemerintah atau yang sudah berlaku selama ini, tidak jarang THR yang mereka terima THR ala kadarnya atau hanya berupa bingkisan semata (lihat Amidi dalam Kompasiana.com,  22 Maret 2024).

Dengan demikian, wajar saja kalau membludaknya kunjungan konsumen ke pasar-pasar tidak memberi kebahagiaan kepada mayoritas pedagang yang ada, karena sebagian besar barang dagangannya tidak laku alias tidak dibeli pengunjung, mereka hanya memborong bahan pangan.

Kalau ada yang membeli barang kebutuhan pokok, seperti pakaian tersebut, tidak sebanyak seperti yang dialami pedagang pada masa beberapa tahun lalu, pada saat kondisi perekonomian negeri ini masih berada dalam kondisi mormal, tidak dihantam pandemi dan tidak digerus oleh inflasi tinggi.

Wajar kalau para pedagang mengeluh sepi pembeli, menggerutu sulit mengembalikan modal, mengantongi kekecewaan belaka. 

Harapan mereka konsumen/pembeli yang membludak memadati  pasar, akan memburu barang dagangan mereka, ternyata tidak terjadi, yang ada mereka "tertegun" menanti konsumen berkunjung atau mampir ke toko/lapak yang mereka sediakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun