Pemerhati Keuangan negara. Artikel saya adalah pemikiran & pendapat pribadi.
Manis atau Tidak, Berbuka Jangan Berlebihan
Salah satu trend yang selalu terjadi di bulan puasa adalah maraknya iklan makanan dan minuman yang manis-manis.
Iklan-iklan biskuit, kue-kue dan terutama minuman sirup. Entah mana yang duluan, iklan-iklan tersebut hanya mengikuti kebiasaan atau selera masyarakat, ataukah kebiasaan atau selera masyarakat yang dibentuk oleh iklan-iklan.
Keinginan besar untuk berbuka dengan yang manis-manis bisa jadi dikarenakan lidah dan mulut tidak merasakan makanan dan minuman apapun selama sekitar 12 jam atau lebih. Oleh karena itu saat berbuka puasa, ingin sekali merasakan aneka rasa yang menggugah selera khususnya makanan dan minuman yang manis. Apalagi selama melaksanakan puasa hingga menjelang berbuka, seringkali melihat berseliweran ragam iklan makanan/minuman manis seperti biskuit dan sirup.
Ada yang menganalogikan bahwa berbuka dengan yang manis-manis tersebut adalah sunnah karena Nabi sering berbuka dengan buah kurma yang rasanya tentu saja manis. Oleh karena itu, jika tak ada kurma maka makanan/minuman yang manis pun tak mengapa, seperti sirup, kolak, dan yang lainnya. Atau bisa juga mengusahakan berbuka puasa dengan keduanya, kurma dan kolak misalnya.
Apapun pilihan makanan dan minuman saat berbuka puasa, semua kembali kepada selera masing-masing. Juga yang patut diperhatikan adalah agar disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi. Jangan sampai memaksakan diri untuk berbuka puasa dengan makanan/minuman tertentu.
Juga yang sangat penting adalah menghindari makan dan minum yang berlebihan saat berbuka puasa. Buka puasa "balas dendam" adalah istilah yang diberikan kepada orang-orang yang berbuka puasa secara berlebihan atau terlalu banyak.
Saat adzan magrib berkumandang atau beduk magrib terdengar, seolah perlombaan makan dan minum dimulai. Siapa yang makan/minum paling banyak, maka akan menjadi juaranya.
Hal ini tentu saja sangat dilarang oleh ajaran agama. Dalam hal makan dan minum, agama memberikan tuntunan yaitu "makan disaat lapar dan berhenti makan sebelum kenyang". Jangan sampai rasa lapar membuat manusia kehilangan akal sehat sehingga makan/minum tanpa terkontrol. Dikhawatirkan akan memberikan efek kurang baik bagi kesehatan tubuh.
Selain itu, makan dan minum hingga kekenyangan ketika berbuka puasa seolah menghilangkan makna puasa yang ingin ditanamkan oleh ajaran agama kepada sikap umatnya. Puasa hakekatnya adalah merasakan penderitaan kaum papa yang sering merasakan kelaparan dalam hidupnya. Kemiskinan membuatnya tak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup walaupun sekadar untuk makan dan minum.
Si miskin setiap hari merasakan kelaparan dan tak tentu kapan bisa mendapatkan makanan. Sedangkan yang berpuasa merasakan lapar hanya seharian saja. Setelah berbuka, maka rasa lapar tersebut dapat dihilangkan dengan aneka makanan/minuman yang diinginkan. Makin terbiasa makan kekenyangan, maka makna lapar yang telah dirasakan lambat laun akan menghilang.
Makan dan minum yang berlebihan saat berbuka puasa juga akan mudah membuat ngantuk. Akibatnya akan menjadi kurang produktif dalam memanfaatkan momen-momen istimewa di bulan puasa untuk melaksanakan berbagai kebaikan khususnya dalam beribadah.