aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.
Sehat dan Bugar di Awal Ramadhan ala Nenek
Untuk urusan kebugaran dan kesehatan satu-satunya orang yang sering aku jadikan rujukan adalah nenek. Ibu dari ibuku. Di usianya yang sudah mendekati seratus, - kukira kira saja usianya secara tak ada akta kelahiran atau dokumen penunjang yang menjelaskan kapan lahirnya. Menurut ceritanya, ketika jaman Belanda akan berakhir menginjakkan kaki di bumi Indonesia sebelum Jepang tiba, dia sudah remaja-, dia terlihat sangat sehat.
Gerak tubuhnya masih gesit, lincah, postur tubuhnya juga masih tegak, tak bongkok. Kurus memang tapi tidak lunglai. Cara berjalan masih cepat seperti orang Jepang. Pekerjaan rumah dengan cekatan bisa dia lakukan.
Demikian pula untuk suara, masih bening ketika melantunkan ayat Qur'an dengan qiroah. Hanya satu kekurangannya. Pendengaran, untuk bicara padanya harus dengan suara keras atau mengahadapkan bibir pembicara ke pandangannya. Tak pikun juga. Namun bila bertemu kerabat yang jarang ketemu dia pasti bertanya, " Iki sopo? Ini siapa?"
Maklum, perubahan fisik keponakan kadang membuat pangling. Lupa. Jangankan nenek aku juga.
Demikian pula ketika menghadapi bulan puasa. Selama berkumpul dengan nenek kudapati dia selalu melewatkan hari pertamanya dengan ceria seperti tak sedang puasa. Bugar dan sehat. Ada beberapa hal yang kuamati dari kebiasaannya yang menurutku membuatnya terlihat bugar, kuadopsi, kuikuti dengan beberapa modifikasi.
1. Bangun lebih awal dari yang lain. Selain berdo a sesudah tidar. Dia langsung niat, berpuasa, sesuatu yang sudah diucapkan sesudah shalat tarawih sebetulnya. Namun baginya ini keharusan. Dia ulangi lagi ketika bangun tidur, sebagai penguat. Sebagai bagian dari rukun puasa. Yang dimaksudkan adalah berkeinginan untuk menjalankan puasa. Dalil wajibnya berniat adalah sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
"Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya." (Muttafaqun 'alaih).
Niat, akan pula menyugesti kelangsungan puasanya. Puasa untuk Allah, maka dia persembahkan menahan hawa nafsunya sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Tak ada alasan lain. Baginya inilah sumber kekuatan.
Aku mengamini perkataannya, maka dahulu ketika aku masih diasuh nenek, bangun malam bukan hal istimewa. Mendirikan shalat lalu lanjut mengerjakan pekerjaan rumah.
Khusus bulan puasa aku minum air putih hangat lepas bangun tidur, satu gelas dahulu. Lanjut lagi satu gelas sesudah wudhu, lagi satu gelas sebelum sahur, terakhir penutup sesudah sahur satu gelas. 4 gelas air putih kuteguk saat sahur. Beda dengan nenek, dia lebih suka kopi hitam kental selain air putih. Sesuatu yang aku tak biasa meminumnya.
Kubiasakan minum air putih, setelah tahu tubuh kita rentan dehidrasi ketika puasa. Air putih bisa mensuplai kebutuhan air itu.
Tentang hal ini hello sehat pernah menyajikan tulisan.