Anis Contess
Anis Contess Guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Sekolah Literasi dan Mensyukuri Fitur Autosave Kompasiana

13 Mei 2019   11:07 Diperbarui: 13 Mei 2019   12:11 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah Literasi dan Mensyukuri Fitur Autosave Kompasiana
Peserta Sekolah Literasi dan pemateri. Nauval ( kaos orange ) sang jurnalis "Gema" - dokpri

Hari Minggu kemarin merupakan kesempatan ke sekian saya bertatap muka dengan wajah mahasiswa peminat literasi. Ada sekolah tentang literasi yang diadakan oleh PMII, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia rayon Moch. Hatta Malang. Lokasi tepatnya di Joyo Suko Metro gang 4. Dekat dengan kampus UIN Maliki Malang. Secara anggotanya juga mayoritas mahasiswanya sedang menempuh perkuliahan di sana.


Ramadhan, mereka pilih sebagai  waktu terbaik untuk melaksanakan kegiatan. Berharap keberkahan, menginginkan berlipat kebaikan. Karena kegiatan yang akan mereka laksanakan berada dalam ranah kampanye tholabul ilmi, menuntut ilmu. Yang pelaksanaannya dianjurkan sejak dari buaian hingga nyawa menghadap ajal.

 Berbasis surat Al Alaq, yang didalamnya terdapat perintah iqra' bacalah, bismirabbikalladzii kholaq, dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Maka materi sekolah literasi yang diawali hari ini mengusung konsep tersebut. Ada materi bagaimana membaca dan cara menuangkan sesuatu yang sudah dibaca, diamati, diapresiasi dalam sebuah tulisan.

Bentuk tulisan yang dipelajari hari itu meliputi fiksi dan non fiksi. Mengamati isi koran, melihat yang tersaji. Dipandu Nouval, jurnalis media cetak kampus " Gema" UIN Maliki Malang. Dia membahas bagaimana harusnya menulis  berita, kode etik jurnalistik, sampai beberapa temuan akun abal abal yang mampu membuat viral sebuah berita.

 Ajakannya untuk menjadi penulis yang baik dia gemakan pada peserta. Berjuang lewat tulisan, amar makruf nahi mungkar. Tak mengapa aksi turun jalan sering diabaikan, tapi lewat tulisan beberapa poin penting perjuangan akan terus disimak dibaca orang, bila intensitas share tinggi bahkan bisa menjadi viral. Sesuatu yang tentu nanti akan menuai perhatian.

Saya kebagian memberi materi konsep  membaca yang efektif, efisien serta membuat karya tulis yang dapat menjadi media penyalur ide, gagasan dan sebagainya. Metode yang saya gunakan tidak melulu ceramah. Untuk brain storming, saya minta mereka menganalisa bacaan, paragraf, pada buku-buku yang pernah saya tulis. Ada interaksi aktif dan hangat, ternyata menemukan pokok kalimat serta menandai ketika membaca sesuatu belum mereka latih dengan benar. Sehingga ketika membaca buku tebal, penat sudah menguasai pikiran sebelum membaca, ujungnya malas membaca.

Demikian pula untuk kegiatan menulis, sebagian besar masih lebih suka menggunakan media WhatsApp, FB, IG untuk menulis, itu pun bukan karya tulis yang layak dibaca khalayak, masih banyak suka suka. Ada yang sudah punya blog, atau aktif menulis untuk reporter citizen di media cetak. Namun belum satu pun yang pernah menyentuh platform blog seperti Kompasiana ini.

Praktek Menulis langsung di gawai - dokpri
Praktek Menulis langsung di gawai - dokpri
Ini mengagetkan saya tentu, bukankah mereka para mahasiswa yang melek IT? Mengapa tak terpikirkan meng-upload karya tulis di sana? Jadilah hari itu saya pandu mereka untuk membuat akun Kompasiana. 

Ternyata mudah saja, tak sesulit ketika saya membantu teman teman guru untuk loggin pertama. Mungkin karena mereka akrab dengan dunia maya.

Saya ingin ada karya tulis yang dihasilkan. Baiklah, teori itu perlu, KBBI, PUEBI juga penting, tapi menerapkan dalam tulisan lebih penting lagi. Saya lebih suka membahas sebuah karya tulis, kemudian mengoreksi konten dan penulisannya bersama-sama daripada memberikan teori panjang lebar  tanpa praktek dan analisa karya. 

Sedikit teori, langsung praktek, sesuai teori yang didapatkan. Jelek tak mengapa, salah pun bukan masalah, bukankan kita sedang sama belajar? Belajar dari kesalah, dari pengalaman, itu akan lebih berkesan.

Satu yang lupa saya sarankan, menulis dulu di catatan sebelum posting. Sebagian peserta langsung menulis di kolom menulis artikel beyond blogging kita, lupa bahwa mereka belum akrab dengan fitur fitur di Kompasiana. 

Untunglah keberadaan Auto Save menyelamatkan. Karya tulis mereka tidak hilang karena salah pencet, namun tetap bisa muncul berkat Auto Save. Ini membuat mereka lega, terlebih saya. Bisa menayangkan tulisan perdana merupakan sesuatu yang indah. Sensasi tak terlupakan. Bukankah kesan pertama selalu menggoda?

Autosave yang menyelamatkan tulisan - dokpri
Autosave yang menyelamatkan tulisan - dokpri
Mereka antusias mengikuti sesi demi sesi, tak terlihat lelah, padahal hanya jeda ketika adzan berkumandang, dengan melaksanakan sholat berjamaah Dzuhur dan ashar. Usai shalat berkegiatan kembali. Mengikuti materi.Begitulah, tholabul ilmi literasi di bulan Ramadhan ternyata cukup menyenangkan. Sedikit melupakan bunyi perut yang terus berirama. Ini ngabuburit asyik loh. 

Melupakan urusan perut, mengisi dengan hal bermanfaat, sebelum tiba waktu berbuka. Satu kegiatan saya tawarkan pada mereka, mengisi ngabuburit dengan menulis, mumpung di Kompasiana sedang dilaksanakan event Blog Kompetion THR, dan banyak event lain yang bisa dijadikan inspirasi untuk menulis.

Sore itu, saya sempatkan berfoto foto dulu dengan mereka. Mengenalkan komunitas Komalku Raya untuk mereka yang berminat belajar menulis dengan tujuan membuat buku. Memberikan kenang-kenangan kaos Komalku Raya pada Edo, salah satu panitia sekolah literasi. Sebagai penanda Komalku raya dan saya pernah hadir mengisi materi.

Edo dan Kaos KomalkuRaya - dokpri
Edo dan Kaos KomalkuRaya - dokpri

Harapan saya tak berhenti disini, saya minta follow up,  kelas khusus via grup WA sebagai tempat kita melanjutkan belajar literasi bersama. Indahnya berbagi.  Berharap berkah bulan suci dengan tholabul ilmi. Salam literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun