Anis Contess
Anis Contess Guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mendengar, Membaca, Menulis, "One Stop Hobby"

21 Mei 2019   19:46 Diperbarui: 21 Mei 2019   19:58 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mendengar, Membaca, Menulis, "One Stop Hobby"
Pixabay.com

Gawai, masih menjadi favoritku melakukan aktivitas apa saja, termasuk menjalani hobi di bulan suci ini. Aku tak kan mengelak bahwa sebagian besar waktu kuhabiskan bersama gawai. Dari mulai menjadikan sebagai sarana bisnis, mengerjakan tugas kantor, berhubungan sosial, hingga aktivitas hobi kulakukan dari gawai ini. 

Aku tak menyentuh gawai hanya ketika sedang tidur, ke kamar mandi, mengerjakan ibadah, rapat, serta berinteraksi dengan anak didik. Selebihnya gawai seolah menjadi teman dekat. Bersamanya kemudahan kudapatkan, termasuk menjalani hobiku. 

1. Mendengar, aku suka mendengarkan orang bersuara. Apa saja asal tidak memekakkan telinga. Musik, ceramah, cerita, murottal. Bagiku seperti sedang bersama orang tersebut. Inspirasi sering kudapatkan dari kegiatan mendengar ini. Lewat lantunan,  terutama murottal, hatiku bisa ikut larut. Memunculkan gagasan atau ide berdasarkan irama atau suara dari orang yang melantunkan itu.
Puasa kali ini memberiku kesempatan lebih banyak mendengar, YouTube menyediakan pilihan beragam, tinggal nyalakan, tanpa melihat aku bisa mendengar kajian yang disajikan. Sambil menunggu waktu berbuka tiba. Lewat penceramah atau orang bercerita aku bisa refresh, bahwa banyak hal yang perlu kuperbaiki dalam hidup ini. Melalui pendengaran, seringkali aku dibuat terpaku, betapa kata- kata yang muncul dari orang tersebut ada benarnya, mendorongku melakukan sesuatu yang baik yang dia katakan.

 2. Membaca, dahulu sebelum ada gawai, kubawa buku, atau koran ke mana-mana, sekedar agar bisa membaca. Kini posisinya tergantikan gawai. Menunggu saat berbuka sering kulakukan hal ini. Membaca lewat gawai.

 Kesukaanku membaca diakomodir oleh gawai. Buku-buku bisa kudapatkan dari E book, berita kubaca dari portal online, artikel bisa kuperoleh dari beyond blogging Kompasiana. Baru ketika akan tidur, menyentuh buku kulakukan, biasanya beberapa lembar kubaca sebelum tidur.

Untuk sekedar melampiaskan hasrat baca kupikir apa saja yang tersedia di gawai cukup memenuhi. Kecuali kalau ingin mendapatkan pahala lebih. Membaca mushaf Al-Qur'an langsung masih menjadi pilihan utama. Meski ada aplikasi, aku lebih suka membaca langsung dengan memegang buku mushafnya. Menyentuh  Al-Qur'an kudapatkan sensasi indah berpendar di dada, apalagi ketika melantunkan dengan segala peresapan makna. Tiada dua, damai menyeruak, tak ada yang senikmat membaca Alquran dari langsung mushafnya. Menyambut senja, jelang berbuka, membaca Qur'an, itu semacam kebiasaan.

3. Menulis, sebuah aktivitas rutin yang tak pernah kulewatkan. Kompasiana mendorongku menulis, apa saja, semua yang kurasakan, kudengar, kulihat, rasanya ingin kutuliskan semua. Ide ini mengalir deras. Lewat gawai aku menulis, di mana saja, kapan saja, kusimpan dahulu di note. Kubaca lagi sendiri ketika sedang luang.

Mengoreksi lagi tulisan yang kuhasilkan, masih lewat gawai. Tetap dengan kegiatan mendengar, aku membaca lagi tulisanku, memperbaiki yang kurang, menulis lagi untuk penyempurnaan baru posting. Itu kalau akan kukirimkan untuk konsumsi Kompasiana.

Lain lagi bila untuk buku, setelah menulis, kusimpan dalam satu file dahulu. Kulakukan itu terus menerus dalam berbagai kesempatan, pun ketika menunggu bedug berbuka ditabuh, tak ada waktu khusus. Asal ide berkelebat, kutulis di catatan. Baru setelah naskah selesai aku memilih waktu tertentu untuk editing. Dini hari, ketika mata terbangun lagi usai shalat Isya', kulanjutkan kebiasaanku menulis, dengan membaca referensi dan mendengar sesuatu pula, entah murottal atau ceramah agama.

Begitulah, sering kali kesukaanku itu, mendengar, membaca, dan menulis kulakukan dalam satu waktu. Seperti orang belanja  one stop shopping. Maksudnya, dalam hal ini aku melakukan aktivitas hobbi dalam satu waktu secara bersamaan.

Untuk bulan puasa kali ini, sambil  menunggu adzan Maghrib dikumandangkan, kusalurkan hobbiku itu hingga tak terasa waktu senja tiba. Lalu kutengok waktu di gawai, kurang 15 menit, maka mushaf Al-Qur'an kuraih, membaca, sampai saatnya emak memanggilku. " Wes adzan, ayok buko. Sudah adzan, mari berbuka."

ruangmuslimah.co
ruangmuslimah.co
 Tak ada lapar atau dahaga, puasa tak terasa sedang puasa, menyenangkan. Bagaimana dengan anda?

****

Menyalurkan hobi sembari menunggu waktu berbuka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun