Any Sukamto
Any Sukamto Penulis

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Ramadan Penuh Solidaritas

27 April 2020   07:03 Diperbarui: 27 April 2020   07:00 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan Penuh Solidaritas
Sumber gambar dari Kompas.com

Ramadan tahun ini sangat istimewa dan berbeda dengan sebelumnya. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pandemi juga ikut mewarnai Ramadan tahun 2020 ini. Akan menjadi catatan sejarah bagi anak cucu kita kelak, penyebaran covid-19 telah menjarah kemeriahan dan kesakralan bulan penuh berkah ini. 

Namun, Ramadan tahun ini justru menjadi momentum kembali bangkitnya semangat solidaritas. Mungkin kita tak pernah menyadari, bahwa kepekaan kita terhadap sesama telah tergerus oleh kepentingan pribadi. Kinilah saatnya, rasa kepekaan sosial itu terpupuk kembali.

Dengan diberlakukannya social distancing dan physical distancing, bahkan pembatasan sosial berskala besar, masyarakat banyak yang kehilangan mata pencaharian. Dengan alasan memutus mata rantai penyebaran virus, justru kegiatan mencari nafkah ikut terhenti. Ekonomi pun sakit menanggung dahsyatnya amarah covid.

Argumentasi inilah yang mendorong instansi pemerintah atau swasta, juga kaum berduit sudi merogoh kocek untuk berbagi dengan kaum yang membutuhkan. Kepekaan sosial kembali timbul. Rasa kemanusiaan kembali muncul. Semangat berbagi kembali berkobar.

Berupaya membagikan sembako bagi warga miskin yang terdampak ekonominya akibat kondisi ini. Membagikan masker untuk orang-orang yang berisiko tinggi. Juga mengadakan ketersediaan APD bagi tenaga medis, adalah beberapa sumbangan nyata dan bermanfaat dari mereka yang mampu kepada yang membutuhkan.

Melalui komunitas tertentu, mereka mengumpulkan dana untuk selanjutnya dibagikan kepada yang membutuhkan bantuan dalam bentuk barang. 

Bukan hanya rakyat kecil yang menjerit akibat kelaparan. Akan tetapi, tenaga-tenaga medis yang membutuhkan APD pun menjadi perhatian.

Sumber gambar dari Kompas.Com
Sumber gambar dari Kompas.Com
 Kerja sama dan saling bahu membahu dalam rangka menghentikan laju penyebaran virus terus ditingkatkan. Demi keamanan dan kenyamanan suatu lingkungan yang bersih dan sehat terus diupayakan. Tak segan-segan dalam lingkup yang besar pun diusahakan semaksimal mungkin agar tidak turut serta menjadi korban keganasan corona. 

Pada Ramadan kali ini, memang tarawih dan salat berjamaah lainnya tidak dapat diselenggarakan di masjid-masjid. Buka bersama dan tadarus pun menjadi larangan. Ibadah secara maksimal hanya bisa dilaksanakan di rumah masing-masing.

Menghindari hal yang membahayakan kepentingan umum jauh lebih utama dari pada mencari pahala. Dahulukan yang menjadi kewajiban, berikutnya baru kerjakan yang sunah. Demikian yang sering di sampaikan para ulama agar dimengerti oleh para jamaah.

Dengan kembalinya kita pada keluarga di rumah, serta timbulnya kepekaan kita pada sesama, akan menjadi satu kekuatan besar menghentikan laju penyebaran virus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun