Antara Apem dan Ramadan, Tahukah Artinya?
Tak terasa, Ramadan hampir berlalu. Padahal rasa apem yang nikmat masih melekat, seolah baru saja tersaji kemarin. Ya, kue apem yang selalu setia hadir saat megengan menjelang Ramadan.
Megengan adalah tradisi turun temurun bagi masyarakat Jawa menjelang bulan Ramadan. Megengan berasal dari Bahasa Jawa, yang berarti menahan. Maksud dan tujuan megengan ini adalah untuk mengingatkan bahwa beberapa saat lagi memasuki bulan suci Ramadan.
Dengan adanya megengan, diharapkan kita bisa menyiapkan diri memasuki Ramadan dengan suka cita dan lebih dulu saling bermaafan. Dalam acara megengan ini, biasanya ada satu kue yang selalu dihidangkan yaitu apem. Apem mempunyai makna filosofis bagi masyarakat Jawa, apem berasal dari Bahasa Arab afuwwun yang berarti maaf atau ampunan.
Jadi, sebelum memasuki Ramadan kita sudah saling bermaafan, sehingga ibadah Ramadan terasa lebih sempurna. Sebagaimana kita ketahui, bulan Ramadan adalah bulan menahan segala nafsu dan amarah, menahan lapar dan dahaga.
Namun, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini megengan menyambut Ramadan tidak terselenggara meriah. Pandemi telah membatasi ruang gerak kita untuk melakukan segala aktivitas. Baik ibadah maupun kegiatan lain, seolah terhenti akibat pandemi yang meluas.
Tradisi megengan yang identik dengan selamatan, mungkin hanya ada di Jawa. Dalam tradisi ini, masyarakat memasak hidangan ayam atau lauk lain, bihun atau mie, sayur atau tambahan lainnya. Setelah itu membagikannya kepada tetangga sebagai bentuk permintaan maaf.
Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1450-an, sejak masa Sunan Kalijaga. Saat itu, masyarakat sedang diajarkan untuk saling maafkan sebagaimana Islam telah mengajarkan. Setelah membuat apem yang berbahan dasar tepung beras, santan dan gula, lalu mengumpulkan warga dan duduk bersama, Sunan Kalijaga menjelaskan makna apem tersebut.
Pada saat itu, dalam budaya Jawa meminta maaf dan memaafkan atas kesalahan orang lain adalah sesuatu hal yang berat. Ada gengsi di antara mereka. Jadi, apem inilah sebagai salah satu simbol untuk meminta maaf.
Sampai saat Ini, tradisi turun temurun tersebut masih sering dilakukan untuk menyambut Ramadan sebagai kearifan lokal. Sayangnya tahun ini tak ada kemeriahan megengan. Semoga saja tahun depan megengan bisa terselenggara dengan meriah dan kita masih bisa mengikutinya.
Salam Ramadan
Samber THR
Samber 2020 Hari 22
THR Kompasiana