Any Sukamto
Any Sukamto Penulis

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Meneladani Sifat Rasul di Era Milenial, Masih Relevankah?

13 April 2022   16:58 Diperbarui: 13 April 2022   17:10 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meneladani Sifat Rasul di Era Milenial, Masih Relevankah?
Ilustrasi gambar oleh Pixabay. Com

Tuhan telah menjadikan manusia sebagai pemimpin di muka bumi. Sadar atau tidak, masing-masing dari kita adalah pemimpin untuk diri sendiri.

Pernahkah kita bertindak sewenang-wenang terhadap diri sendiri, terlebih terhadap orang lain? Pernahkah kita berbuat salah, lalu menyadari kesalahan kita dan meminta maaf dengan baik? Atau malah sebaliknya, kita tak pernah mengakui kesalahan dan justru melempar kesalahan itu pada orang lain?

Jika kita mau kembali pada ajaran yang telah dicontohkan Rasulullah, pasti hal tersebut di atas tak akan pernah terjadi. Rasul adalah contoh sebaik-baiknya, manusia yang telah dijamin surga oleh Allah. Namun, Rasul masih mau meminta maaf bahkan atas kesalahan yang tidak sengaja dilakukannya.  

Ingat cerita sebelum beliau wafat? Saat sakit keras, tetapi masih disempatkan naik ke mimbar dengan keadaan gemetar, hanya untuk meminta maaf kepada sahabatnya atas semua kesalahan yang mungkin pernah dilakukannya. Bahkan, jika kesalahan itu tak bisa dimaafkan, beliau bersedia menerima kembali balasan atas apa yang telah dilakukannya.

Saat itu, Sahabat Ukasyah menyatakan bahwa ia pernah terkena cambuk punggungnya ketika  Rasulullah sedang mengendarai onta. Peristiwa itu memang tidak disengaja, dan Ukasyah pun sebetulnya sudah memaafkannya karena kejadiannya juga sudah lama. Namun, karena akhlak Rasulullah yang sangat baik, beliau masih berusaha meminta maaf kepada sahabatnya itu sebelum beliau meninggal dunia.

Apakah tauladan itu masih bisa diterapkan di Era Milenial sekarang? Masih maukah generasi penerus kita mengambil pelajaran dari perjuangan Rasulullah menyebarkan Islam dan mencontoh akhlaknya yang mulia? Penuh kesabaran dan selalu memaafkan.

Rasulullah diutus untuk mengantarkan umatnya keluar dari jaman jahiliah menuju jaman yang penuh pencerahan. Banyak keteladanan Rasulullah yang bisa diterapkan di dalam etika bahkan profesi apa pun. Sifat wajib bagi Rasul yang sidiq, amanah, tablig, dan fathonah, selalu relevan dengan perkembangan jaman.

As shidiq artinya jujur, kebalikannya adalah Al Kizzib artinya suka berbohong. Kejujuran akan tetap dibutuhkan sampai kapan pun. Bisa kita bayangkan, jika kebohongan yang lebih berkuasa, seperti apa jadinya dunia ini.

Amanah artinya dapat dipercaya,  kebalikannya Al Khianat. Tak mungkin seorang Rasul berkhianat kepada umatnya karena tugas Rasul adalah untuk menyampaikan amanah dari Allah.

Tabligh artinya menyampaikan, kebalikannya adalah Al Kitman yang berarti menyembunyikan. Wahyu dari Allah yang harus disampaikan, tak mungkin disembunyikan oleh Rasul, sebab itu tugas utamanya.

Fathonah artinya cerdas, kebalikannya adalah Al Baladah yang artinya bodoh. Rasul yang dipilih tentunya yang cerdas. Nabi Muhammad meskipun tidak bisa membaca, tetapi sangat pandai berdakwah, berdagang, dan strategi perangnya sangat bagus.

Di atas adalah 4 sifat wajib bagi Rasul yang perlu kita teladani dan 4 sifat mustahilnya yang wajib kita hindari. Sangat perlu kita ketahui dan pelajari sampai kapan pun untuk membangun sebuah peradaban. 

Di era milenial, semua memang serba canggih, serba digital, tapi apa jadinya jika kebohongan tetap merajalela? Bayangkan saja sebuah program di komputer, jika salah satu komponennya disembunyikan, apakah komputer itu masih bisa menjalankan tugasnya?

Generasi Milenial yang lebih canggih dari zaman Rasul, harusnya juga makin kuat memegang sifat-sifat ini. Nasib bangsa ditentukan juga oleh akhlak generasinya. Contoh dan tauladan sudah diberikan oleh junjungan kita. Apalagi yang diragukan?

Mari kita contoh akhlak Rasul yang mulia. Generasi Milenial pasti bisa!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun